තෙරුවන් සරණයි!
Sukhi Hotu Kalyāṇamitta
KEMATIAN ADALAH SEBAGAI SUATU REALITAS HAKIKI BUKANLAH HAL YANG PANTANG/TABU DIBICARAKAN ATAU DIREFLEKSIKAN
Dalam ajaran Buddha Sāsana ini sejatinya tidak ada hal yang tabu/pantang dikatakan dan dibahas, salah satu yang dikatakan tabu itu adalah membicarakan terkait kematian itu sendiri. Terkadang, manusia merasa takut membicarakan hal-hal tertentu, hanya karena kilesa diri mereka sendirilah yang sedang bekerja, yaitu kemelekatan terhadap kehidupan sehingga "membela" dengan doktrin kosong mengenai "tabu/pantang", padahal apa yang diajarkan oleh Sang Bhagavā ini bertolak-belakang dengan kepercayaan umum soal ini, bahwa Kematian itu adalah Nyata akan dihadapi kita suatu saat, dan kita tidak mungkin lepas dari kematian yang adalah hal lumrah itu. Bahkan diajarkan oleh Sang Buddha sendiri mengenai Perenungan terhadap kematian, adalah Dhamma luhur yang disampaikan kepada kita semua agar kita tidak terjebak dalam buaian duniawi ini dengan terus menari-nari diatas kilesa sehingga melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat di dunia ini selama hidup sampai kematian datang menjemput.
Sekarang, mari disimak Sabda Sang Bhagavā dalam Sutta dibawah ini...
PĀSARĀSISUTTA
.... “Dan apakah yang dikatakan sebagai tunduk pada kematian? Istri dan anak-anak tunduk pada kematian, budak-budak laki-laki dan perempuan, kambing dan domba, unggas dan babi, gajah, sapi, kuda-kuda jantan dan betina adalah tunduk pada kematian. Perolehan-perolehan ini tunduk pada kematian; dan seseorang yang terikat pada hal-hal ini, tergila-gila pada hal-hal ini, dan menyerah total pada hal-hal ini, dengan dirinya tunduk pada kematian, mencari apa yang juga tunduk pada kematian."
(dikutip dari : Tipiṭaka, Suttapiṭaka, Majjhimanikāya, Mūlapaṇṇāsa, Opammavagga, MN 26)
Sādhu...Sādhu...
Demikianlah Sabda Sang Bhagavā ; Sammāsaṃbuddha Gotama sebagaimana adanya yang adalah kebenaran hakiki mengenai realitas kehidupan ini. Dari kutipan Sutta diatas ini sudah sangat jelas, bahwa kematian itu tidak pandang bulu, tidak peduli makhluk apapun itu, dari alam paling rendah yaitu makhluk neraka, sampai alam tertinggi devatā Brahmā yang memiliki umur kehidupan puluhan ribu mahā-kappa, makhluk alam manapun itu di Saṃsāra tetap akan mengalami kematian tanpa terkecuali. Kematian itu adalah bentuk penderitaan yang nyata, sangat menyakitkan, dan sebenarnya berusaha dihindari (namun tidak bisa), oleh karena itu muncullah dalam tradisi kepercayaan yang melarang/pantang membicarakan kematian itu, karena "wajar" bahwa se-mengerikan nya kematian itu. Alih-alih daripada takut membicarakan kematian, lebih baik merefleksikan ke dalam diri ini bahwa kematian itu adalah nyata, tak dapat dihindari, dapat terjadi sewaktu-waktu, dan sebelum kematian itu tiba kita harusnya tidak menyia-nyiakan kehidupan ini dengan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat, melainkan Berpraktik Dhamma intensif sesuai Dhamma Sejati, menahan diri dari segala bentuk kekotoran Kilesa, dan dengan Praktik Dhamma inilah yang kemudian kita akan mengatasi kematian itu sendiri, yaitu mencapai Nibbāna.
Semoga Cita-Cita luhur anda tercapai
Semoga semua Makhluk Hidup berbahagia..
Nibbāna paccayaṃ hotu
Ciraṁ tiṭṭhatu saddhammo
Buddhasāsanaṁ ciraṁ Tiṭṭhatu
Sādhu...Sādhu...
28 Desember 2025
Mettācittena,
Viriyaputta, upāsaka
