තෙරුවන් සරණයි!
Sukhi Hotu Kalyāṇamitta
KALAU SUDAH TERBIASA BERPRILAKU TIDAK BERMORAL, MAKA AKAN MENJADI SEBUAH TABIAT/KEBIASAAN YANG AKHIRNYA SULIT UNTUK BISA MELAKUKAN PRILAKU BERMORAL LAGI
Begitulah pada dasarnya, segala sesuatu tindakan/sikap ini bila dilandaskan pada faktor kebiasaan yang sering dilakukan, maka tabiat itu kemudian terbentuk dan akan sangat melekat dalam diri kehidupan seseorang. Akan sangat sulit untuk merubah suatu kebiasaan, apabila sikap itu sudah "mendarah-daging", tentu akan sangat baik jika sikap kebiasaan yang sudah normal dan biasa dilakukan dalam keseharian ini sudah mencirikan tindakan bermoral atau selaras dengan nilai-nilai Dhamma. Akan tetapi, fakta nya sangatlah miris, yaitu lebih banyak kebiasaan dan sifat yang buruk, amoral, yang lebih mencerminkan perbuatan buruk dalam keseharian yang dilakukan terus menerus selama kehidupan oleh kebanyakan manusia, dan bila memang demikian, maka ini adalah kamma buruk dalam kacamata Ajaran Buddha Sāsana, sungguh suatu kondisi kemerosotan yang akan membuat makhluk terpuruk terus menerus ke dalam siklus penderitaan tiada akhir di Saṃsāra. dan lagi, terhadap orang seperti ini yang sudah terbiasa dengan tindakan amoral, jangankan berusaha melakukan perbuatan moral, bahkan untuk mendengar khotbah/Nasehat terkait hal bermoral saja Orang ini sudah muak dan menunjukkan ketidaksukaan, begitulah realita nya. Mari simak Sabda Sang Bhagavā dalam Sutta berikut ini...
DUKKATHĀSUTTA
.... “Dan mengapakah, sebuah khotbah tentang perilaku bermoral disampaikan secara keliru kepada seorang yang tidak bermoral? Ketika sebuah khotbah tentang perilaku bermoral sedang dibabarkan, seseorang yang tidak bermoral menjadi kehilangan kesabaran dan menjadi jengkel, melawan, dan keras kepala; ia memperlihatkan kemarahan, kebencian, dan kekesalan. Karena alasan apakah? Karena ia tidak melihat perilaku bermoral itu di dalam dirinya dan tidak memperoleh sukacita dan kegembiraan dengan berdasarkan padanya. Oleh karena itu sebuah khotbah tentang perilaku bermoral disampaikan secara keliru kepada seorang yang tidak bermoral.
(dikutip dari : Tipiṭaka, Suttapiṭaka, Aṅguttaranikāya, Pañcakanipāta, Catutthapaṇṇāsaka, Saddhammavagga, AN 5.157)
Sādhu...Sādhu...
Demikianlah Sabda Sang Bhagavā ; Sammāsaṃbuddha Gotama dalam Sutta diatas dijelaskan dengan Baik oleh Beliau. Bahwa Beliau menegaskan bila saja kita memberikan penjelasan Dhamma terkait prilaku bermoral kepada seseorang yang tidak bermoral maka hal seperti yang diceritakan di Sutta diatas lah yang akan terjadi. Memang Tujuan dan Niat seseorang mungkin baik untuk dapat memberitahukan hal yang benar kepada orang tak bermoral, namun seperti inilah konsekuensi nya bila demikian halnya kita lakukan. Makna nya adalah, seperti yang telah dijelaskan diatas, pengaruh dari sikap kebiasaan ini yang sangat buruk, sehingga bathin seseorang tidak siap atau belum siap untuk menerima hal-hal berbau kebaikan karena sudah terbiasa berprilaku buruk. Inilah bahaya dari (pengotor bathin) kilesa ini, mampu untuk menjerumuskan manusia ke jurang terdalam bila kita terbiasa memanjakan (memberi makan) kilesa ini. Maka hal yang seharusnya dilakukan adalah Sebisa mungkin hindari membiasakan diri dalam berprilaku amoral, karena yang rugi pada akhirnya adalah diri sendiri, mulailah melatih diri melaksanakan prilaku bermoral sesuai ajaran Buddha Sāsana seperti pañcasīla. lakukanlah hal-hal yang baik dan bermoral sebelum semuanya terlambat....
Semoga Cita-Cita luhur anda tercapai
Semoga semua Makhluk Hidup berbahagia..
Nibbāna paccayaṃ hotu
Ciraṁ tiṭṭhatu saddhammo
Buddhasāsanaṁ ciraṁ Tiṭṭhatu
Sādhu...Sādhu...
17 November 2025
Mettācittena,
Viriyaputta, upāsaka
