Theruwansaranai!
තෙරුවන් සරණයි!
Sukhi Hotu Kalyāṇamitta
PĀṆĀTIPĀTĀ VERAMAṆĪ SIKKHĀPADAṀ SAMĀDIYĀMI – “SAYA BERTEKAD MELATIH DIRI MENGHINDARI PEMBUNUHAN MAKHLUK HIDUP.”
(EDISI KHUSUS: Kupas Tuntas kasus Eutanasia menurut Buddha Sāsana)
Seorang Umat Buddhis Sejati seharusnya paham betul bunyi dari kalimat di atas dan beserta arti dan maknanya secara keseluruhan. Bagaimana tidak ? Ini adalah bagian dari Hal Dasar yang diajarkan oleh Sang Bhagavā ; Sammāsaṃbuddha Gotama sendiri agar makhluk hidup dapat terhindar dari Penderitaan berkelanjutan sebagai akibat dari melakukan hal tsb.
Sekarang, Kalyāṇamitta melihat pada Video diatas, narasi dari video diatas itu adalah seorang wanita yang terpaksa menyuntik mati Hewan Peliharaannya (Kucing) yang dinyatakan terserang penyakit virus mematikan dan susah sembuh.
Sekarang yang ditanyakan adalah, apakah tindakan itu sebagai suatu bentuk murni belas kasihan atau egoistis sebagai makhluk yang lebih berkuasa ?? Sekilas, tindakan Eutanasia (mematikan makhluk hidup atas dasar mengakhiri penderitaan) memang tampak "sangat baik" niatnya, namun bagaimanapun ceritanya ini sudah termasuk PEMBUNUHAN dan MELANGGAR SĪLA KE 1.
Mari kita simak terlebih dahulu dalam Sutta berikut ini yang terkait pada Topik kali ini...
VEḶUDVĀREYYASUTTA
Di sini, para perumah tangga, seorang siswa mulia merenungkan sebagai berikut: ‘Aku adalah seorang yang ingin hidup, yang tidak ingin mati; aku menginginkan kebahagiaan dan menolak penderitaan. Karena aku adalah seorang yang ingin hidup, yang tidak ingin mati; aku menginginkan kebahagiaan dan menolak penderitaan, maka JIKA SESEORANG MEMBUNUHKU, ITU TIDAK AKAN MENYENANGKAN DAN TIDAK DISUKAI OLEHKU. Sekarang jika aku membunuh orang lain—seorang lain yang ingin hidup, yang tidak ingin mati, yang menginginkan kebahagiaan dan menolak penderitaan—ITU TIDAK AKAN MENYENANGKAN DAN TIDAK DISUKAI ORANG LAIN JUGA. Apa yang tidak menyenangkan dan tidak disukai olehku adalah juga tidak menyenangkan dan tidak disukai oleh orang lain. Bagaimana mungkin aku menimbulkan kepada orang lain apa yang tidak menyenangkan dan tidak disukai olehku?’ Setelah merenungkan demikian, IA MENGHINDARI PEMBUNUHAN, MENASIHATI ORANG LAIN UNTUK MENGHINDARI PEMBUNUHAN, DAN MEMUJI TINDAKAN MENGHINDARI PEMBUNUHAN. Demikianlah perbuatan melalui jasmani dimurnikan dalam tiga aspek.
(dikutip dari : Tipiṭaka, Suttapiṭaka, Saṁyuttanikāya, Mahāvaggasaṁyutta, Sotāpattisaṁyutta, Veḷudvāravagga, SN 55.7)
Sādhu...Sādhu...
Demikianlah Sutta diatas telah disabdakan oleh Sang Bhagavā dengan sebenar-benarnya.
Melihat dari Sutta ini, bahwa setiap makhluk hidup itu pada dasarnya menginginkan kehidupan nya, dan menolak penderitaan berwujud Kematian, hal ini benar-benar sangat jelas diSabdakan.
Sekarang mari bongkar Kasus Video diatas ini, Bagaimanapun setiap Makhluk Hidup mewarisi Kamma masing-masing, dalam hal ini, Kucing di video diatas sebagai makhluk hidup tetap akan mengalami kematian suatu saat nanti sesuai dengan Kamma nya, tak peduli bahkan jika dia tidak berjumpa wanita adopter diatas sekalipun dia tetap akan mati jika waktu nya tiba baik dengan mengidap penyakit ataupun tidak. Namun sekarang kasusnya kucing ini telah diadopsi oleh wanita tersebut dan menderita penyakit parah, dan Wanita adopter ini sebagai yang memelihara kucing ini lalu merasa "benar" secara sepihak untuk "mematikan" Kucing nya agar kucing tersebut tidak lagi menderita. Apapun alasannya wanita ini telah membunuh kucing tsb! Karena dialah yang memiliki niat dengan jelas mengambil nyawa seekor kucing, melakukan tindakan pembunuhan, dan terbunuhnya kucing tersebut sebagai akibat tindakan pembunuhan tadi. Faktor-faktor terjadinya pelanggaran Sīla ke 1 telah terpenuhi semua, adapun faktor terpenuhinya pelanggaran Sīla ke 1 adalah sbb :
1. Adanya keberadaan suatu Makhluk Hidup
2. Mengetahui bahwa makhluk hidup tersebut HIDUP.
3. Adanya niat (dalam pikiran) untuk membunuh makhluk hidup tsb.
4. Melakukan usaha untuk melakukan pembunuhan makhluk hidup tsb.
5. Terbunuhnya makhluk hidup tsb sebagai hasil usaha yang telah dilakukan.
Jadi sudah jelas dalam kasus ini, MAU BAGAIMANAPUN CINTANYA ADOPTER INI PADA KUCINGNYA ATAU ALASAN WELAS ASIH PADA KUCING TERSEBUT, INTINYA ADALAH SEBUAH KUCING TELAH MATI DENGAN TINDAKAN YANG JELAS DIARAHKAN UNTUK TUJUAN MEMATIKAN KUCING TSB.
ini berarti Kamma buruk telah diciptakan oleh adopter ini yang nantinya akan mendapat akibat nya.
Mengapa begitu??! Ya, karena Adopter ini telah melakukan pelanggaran Sīla pertama. Adopter ini bisa saja untuk memilih membiarkan kucing tsb hidup sampai akhir hayat nya dengan penyakit parah tsb. Ini harus dimengerti, seperti yang sudah ditegaskan diatas bahwa makhluk hidup mewarisi kamma masing-masing. Jika saja Adopter ini tidak melakukan Eutanasia maka Tidak ada Kamma buruk baru yang tercipta. Dia bisa mencoba berjuang terus dalam melakukan pengobatan si Kucing malang itu dan menemaninya sampai kematian nya, dan itu justru Kamma baik telah tercipta sebab merawat makhluk hidup yang menderita, namun kenyataan nya nasi sudah menjadi bubur...
Sekarang, Kalyāṇamitta sudah pahami ini, bahwa tindakan Eutanasia adalah sama dengan melakukan Pembunuhan! Kita sebagai umat di Buddha Sāsana haruslah mampu memegang prinsip agama kita dengan baik dan kokoh. Dan lagipula Eutanasia di indonesia juga DILARANG karena bertentangan dengan pasal 344 (KUHP). Jadi jangan coba-coba menjadi "Superhero" kesiangan yang konyol.
Semoga Cita-Cita luhur anda tercapai
Semoga semua Makhluk Hidup berbahagia..
Nibbāna paccayaṃ hotu
Ciraṁ tiṭṭhatu saddhammo
Buddhasāsanaṁ ciraṁ Tiṭṭhatu
Sādhu...Sādhu...
23 Agustus 2025
Mettācittena,
Viriyaputta, upāsaka