Nafsu Keinginan Yang Selalu Dituruti Tidak Akan Pernah Merasa Puas Sifatnya


Theruwansaranai!
තෙරුවන් සරණයි!
Sukhi Hotu Kalyāṇamitta 

KEINGINAN (NAFSU) YANG SELALU DITURUTI TIDAK AKAN PERNAH MERASA PUAS, SELALU INGIN DAN INGIN YANG LEBIH, BEGITULAH SIFATNYA
Seperti kita ketahui dalam Ajaran Buddha ini, terutama dalam poin Pengajaran utamanya, kita diajarkan untuk harus meninggalkan segala keinginan (nafsu) terhadap apapun itu. Karena Nafsu itu lah sumber penderitaan. Dunia ini terus diliputi keinginan tiada akhir, yang dimana bila keinginan tersebut tidak terpenuhi, maka pasti akan menimbulkan penderitaan, dan karena tidak terpenuhi itulah juga sehingga akan menyebabkan Kilesa (Pengotor Bathin) lainnya muncul yaitu Dosa (Kebencian), dengan segala tipu muslihatnya memperdaya diri dengan dalih "membela diri/hak kita" sehingga kita melakukan hal-hal yang merugikan orang lain atau diri kita sendiri.
Bisa kita lihat sendiri Fakta ini di dunia maupun sekitar kita, segala hal-hal jahat tidak berperikemanusiaan dilakukan hanya karena memuaskan nafsu ini. Ini adalah Kebenaran dan bukan omong kosong belaka karena bukti jelas dapat kita lihat.
Lalu, apa Sabda Sang Bhagavā terkait pada hal ini?
Mari disimak dalam Sutta berikut ini...

KĀMASUTTA
"Bila seseorang yang berpikiran penuh keinginan (nafsu)
Berhasil memperoleh kenikmatan indrawi,
mereka pasti menjadi gembira,
Setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Tetapi jika dari orang penuh nafsu ini
Semua kenikmatan ini lenyap,
Maka si pencandu kenikmatan ini merasa,
Seolah-olah tertusuk anak panah.

Orang yang menjauhi kenikmatan-kenikmatan indriawi ini,
Seperti menghindari menginjak kepala ular,
Seorang demikian dengan perhatian
Akan melampaui kekusutan dunia ini.

Terobsesi dengan ladang dan harta,
dengan uang, tanah milik dan orang yang bekerja,
dengan banyak kesenangan, wanita dan kerabat,
Ketika seorang menginginkan hal-hal ini,

yang lemah mengalahkannya
dan kesulitan menghancurkannya.
Penderitaan mengikutinya
Bagaikan air dalam perahu bocor.

Maka hendaklah orang yang penuh kesadaran menghindari
segala keinginan indria ini di setiap kesempatan,
dengan meninggalkan keinginan-keinginan itu, menyeberangi banjir,
bagaikan perahu yang ditarik menuju Pantai Seberang.
(dikutip dari : Tipiṭaka, Suttapiṭaka, Khuddakanikāya, Suttanipāta, Aṭṭhakavagga, Snp 4.1)

Sādhu...Sādhu...
Demikianlah disabdakan oleh Sang Bhagavā di Sutta diatas, yang menggambarkan ajaran inti Buddhisme yang mengajarkan untuk melepas segala kemelekatan dan nafsu apapun.
Pada dasarnya tentu setiap dari kita memiliki keinginan-keinginan apapun itu, namun janganlah TERLALU MELEKATI nya, memang ketika keinginan itu tercapai kita akan berbahagia, namun amati perasaan Bahagia itu apalah KEKAL atau TIDAK KEKAL ?? Lain cerita, bila keinginan itu tidak tercapai, timbul perasaan sedih, marah, menyesal.. amatilah apakah perasaan itu juga KEKAL atau TIDAK KEKAL ??
Maka oleh karena itu kebijaksanaan sejati akan timbul dari pengamatan jernih terhadap fenomena-fenomena kehidupan dan dengan memahami ini tentunya kita tidak lagi melakukan segala cara tidak berprikemanusiaan untuk mendapatkan atau memuaskan nafsu-nafsu keinginan kita. Betapa damai nya dunia ini jika manusia-manusia tidak terlalu berhasrat untuk memuaskan nafsu nya, tidak akan ada kebencian, iri hati, pertengkaran, bahkan peperangan.
Kita semua memiliki keinginan, tetapi berusahalah tidak melekat terhadap keinginan itu, apa yang terjadi akan terjadi sesuai Kamma kita, hiduplah dengan damai tanpa melekati keinginan apapun. kita sebagai murid Sang Buddha, kita akan menggapai Nibbāna dengan meneladani ajaran luhur (Dhamma) Sang Bhagavā.

Semoga Cita-Cita luhur anda tercapai
Semoga semua Makhluk Hidup berbahagia..
Nibbāna paccayaṃ hotu
Ciraṁ tiṭṭhatu saddhammo
Buddhasāsanaṁ ciraṁ Tiṭṭhatu
Sādhu...Sādhu...

12 Juli 2025
Mettācittena,
Viriyaputta, upāsaka