Sebab Kebergantungan Munculnya Penderitaan Makhluk


Theruwansaranai!
තෙරුවන් සරණයි!
Sukhi Hotu Kalyāṇamitta 

SEBAB-KEBERGANTUNGAN MENGENAI MUNCULNYA PENDERITAAN MAKHLUK, SEPERTI YANG DIAJARKAN OLEH SANG BHAGAVĀ UNTUK DAPAT MENGAKHIRI SIKLUS "KEBERADAAN" DI SAṂSĀRA.
Seperti telah diketahui, bahwa di ajaran Buddha Sāsana ini, kita berfokus pada bagaimana agar kita dapat terbebaskan dari kelahiran kembali di Saṃsāra, karena merupakan bentuk penderitaan yang MEMUAKKAN dimana jika kita harus terus Lahir-Mati-Lahir-Mati di Saṃsāra ini.
Jika ajaran kepercayaan lain berkutat pada kelahiran di alam Surga, maka itu sah-sah saja (buat mereka), namun orang yang BIJAKSANA di Buddha Sāsana ini akan sepenuhnya memahami bahwa alam-alam Surga ini pun termasuk dalam ruang lingkup Saṃsāra yang tidak terlepas dari KEMATIAN, tetap diliputi Hukum Tilakkhaṇa yaitu ketidak-kekalan, memiliki penderitaan, tak memiliki inti-diri. Sejatinya TIDAK ADA YANG KEKAL DI SAṂSĀRA INI termasuk alam-alam surga itu!
Oleh karena itu, setelah memahami bahwa TIDAK ADA YANG KEKAL di Saṃsāra ini maka kita perlu keluar dari ketidak-kekalan itu dengan mencapai Nibbāna.
Dan untuk mencapai hal tersebut, kita haruslah mengetahui terlebih dahulu sebab-kebergantungan mengapa kita terus mengalami siklus lahir-mati di Saṃsāra ini.
Mari disimak dalam Sutta berikut ini...

PAṬICCASAMUPPĀDASUTTA
“Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kalian tentang kemunculan bergantungan. Dengarkan dan perhatikanlah, Aku akan berbicara.”—“Baik, Yang Mulia,” para bhikkhu itu menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:
“Dan apakah, para bhikkhu, kemunculan bergantungan? Dengan ketidaktahuan (AVIJJĀ) sebagai kondisi, maka bentukan-bentukan kehendak (SAṄKHĀRA) [muncul]; dengan bentukan-bentukan kehendak (SAṄKHĀRA) sebagai kondisi, maka kesadaran (VIÑÑĀṆA) [muncul]; dengan kesadaran (VIÑÑĀṆA) sebagai kondisi, maka bathin-dan-jasmani (NĀMARŪPA) [muncul]; dengan bathin-dan-jasmani (NĀMARŪPA) sebagai kondisi, maka enam landasan indria (SAḶĀYATANA) [muncul]; dengan enam landasan indria (SAḶĀYATANA) sebagai kondisi, maka kontak (PHASSA) [muncul]; dengan kontak (PHASSA) sebagai kondisi, maka perasaan (VEDANĀ) [muncul]; dengan perasaan (VEDANĀ) sebagai kondisi, maka keinginan (TAṆHĀ) [muncul]; dengan keinginan (TAṆHĀ) sebagai kondisi, maka kemelekatan (UPĀDĀNA) [muncul]; dengan kemelekatan (UPĀDĀNA) sebagai kondisi, maka penjelmaan (BHAVA) [muncul]; dengan penjelmaan (BHAVA) sebagai kondisi, maka kelahiran (JĀTI) [muncul]; dengan kelahiran (JĀTI) sebagai kondisi, maka penuaan-dan-kematian (JARĀ-MARAṆA), kesedihan, ratapan, kesakitan, ketidak-senangan, dan keputusan-asaan muncul. DEMIKIANLAH ASAL USUL DARI PENDERITAAN."
“Tetapi dengan peluruhan tanpa sisa dan lenyapnya ketidaktahuan (AVIJJĀ) maka lenyap pula bentukan-bentukan kehendak (SAṄKHĀRA); dengan lenyapnya bentukan-bentukan kehendak (SAṄKHĀRA), lenyap pula kesadaran (VIÑÑĀṆA); dengan lenyapnya kesadaran (VIÑÑĀṆA), lenyap pula bathin-dan-jasmani (NĀMARŪPA); dengan lenyapnya bathin-dan-jasmani (NĀMARŪPA), lenyap pula enam landasan indria (SAḶĀYATANA); dengan lenyapnya enam landasan indria (SAḶĀYATANA), lenyap pula kontak (PHASSA); dengan lenyapnya kontak (PHASSA), lenyap pula perasaan (VEDANĀ); dengan lenyapnya perasaan (VEDANĀ), lenyap pula ketagihan (TAṆHĀ); dengan lenyapnya ketagihan (TAṆHĀ), lenyap pula kemelekatan (UPĀDĀNA); dengan lenyapnya kemelekatan (UPĀDĀNA), lenyap pula penjelmaan (BHAVA); dengan lenyapnya penjelmaan (BHAVA), lenyap pula kelahiran (JĀTI); dengan lenyapnya kelahiran (JĀTI), lenyap pula penuaan-dan-kematian (JARĀ-MARAṆA), kesedihan, ratapan, kesakitan, ketidak-senangan, dan keputus-asaan. DEMIKIANLAH LENYAPNYA KESELURUHAN KUMPULAN PENDERITAAN INI.”
(dikutip dari : Tipiṭaka, Suttapiṭaka, Saṁyuttanikāya, Nidānavaggasaṁyutta, Nidānasaṁyutta, Buddhavagga, SN 12.1)

Sādhu...Sādhu...
Demikianlah kita baru menyimak pada sebuah bentuk pengetahuan luar biasa tiada banding yang ditemukan dan dibabarkan oleh Sang Bhagavā ; Sammāsaṃbuddha Gotama. Inilah jantung ajaran dari Buddha Sāsana!.
Sekarang untuk lebih meringkas maksud dari Sebab-Kebergantungan ini maka silahkan menyimak pada gambaran berikut ini :
AVIJJĀ → SAṄKHĀRA → VIÑÑĀṆA → NĀMARŪPA*→ *SAḶĀYATANA → PHASSA → VEDANĀ → TAṆHĀ → UPĀDĀNA → BHAVA → JĀTI*→ *JARĀ-MARAṆA
[RUMUS : karena ada (ini) maka muncul (itu). > Penjelasan Paragraf ke 2 Di Sutta diatas.
Dan juga bisa bermakna : karena Lenyapnya (ini) maka (itu) juga lenyap. > Penjelasan Paragraf ke 3 di Sutta diatas.
Inilah Pengetahuan yang sebagaimana adanya yang dibabarkan oleh Sang Bhagavā ; Sammāsaṃbuddha Gotama, kita mesti memahami alur dari progress keberadaan ini, agar kita dapat mengentaskan sepenuhnya Penderitaan ini.
Inilah sebab kita semuanya terus terlahir tiada henti di Saṃsāra, dan SETIAP MAKHLUK di Saṃsāra ini juga selama masih berada di Saṃsāra ini maka akan tetap tak terlepas dari Sebab-Kebergantungan ini.
Maka kemudian Sang Bhagavā, yang satu-satunya (pada masa ini) memberikan sebuah pengetahuan pada kita seperti ini agar kita mampu mengetahui dengan jelas dan dapat memutuskan rantai sebab-kebergantungan ini yang kemudian akan membawa pada Pencerahan (Nibbāna).
Untuk penjelasan detail dari setiap poin dalam Paṭiccasamuppāda (Sebab-Kebergantungan) ini maka akan dibuatkan Topik pada esok hari. 🙏🏻

Semoga Cita-Cita luhur anda tercapai
Semoga semua Makhluk Hidup berbahagia..
Nibbāna paccayaṃ hotu
Ciraṁ tiṭṭhatu saddhammo
Buddhasāsanaṁ ciraṁ Tiṭṭhatu
Sādhu...Sādhu...

14 Juni 2025
Mettācittena,
Viriyaputta, upāsaka