Theruwansaranai!
තෙරුවන් සරණයි!
Sukhi Hotu Kalyāṇamitta
PENJELASAN MAKNA POIN-POIN DARI PAṬICCASAMUPPĀDA (SEBAB-KEBERGANTUNGAN) LANGSUNG OLEH SANG BHAGAVĀ ; SAMMĀSAṂBUDDHA GOTAMA
Ketika pada hari kemarin telah diperkenalkan terkait pada pengetahuan mengenai poin-poin Sebab-Kebergantungan (Paṭiccasamuppāda), maka pada hari ini akan dibahas mengenai poin-poin tersebut.
Karena mungkin ada banyak dari Kalyāṇamitta yang tidak mengetahuinya secara teknis mengenai hal ini, meskipun mungkin sudah pernah mendengar tapi masih kurang paham mengenai Sebab-Kebergantungan ini.
Karena ini adalah salah satu inti ajaran dari Buddha Sāsana, maka sangatlah penting untuk memahami ini sebagai tahapan awal pembelajaran Teori (Pariyatti), untuk selanjutnya dapat melangkah ke Praktik (paṭipatti) dan akhirnya pencapaian (paṭivedha).
Penulis katakan adalah tidak mungkin untuk tidak mengetahui Paṭiccasamuppāda ini sebagaimana umat yang berada di Buddha Sāsana ini harus mengerti inti ajaran (doktrin) itu sendiri.
Maka mari disimak dalam Sutta berikut ini...
VIBHAṄGASUTTA
Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian tentang kemunculan bergantungan dan Aku akan menganalisisnya untuk kalian. Dengarkanlah dan perhatikanlah, Aku akan berbicara.”
“Dan apakah, para bhikkhu, penuaan-dan-kematian itu? Penuaan berbagai makhluk dalam berbagai golongan makhluk, penuaan dini, gigi tanggal, rambut memutih, kulit keriput, vitalitas menurun, daya pikir menurun: inilah yang disebut penuaan. Meninggalnya berbagai makhluk dari berbagai golongan makhluk, kebinasaan, kehancuran, lenyapnya, kematian, berakhirnya waktu, hancurnya kelompok unsur kehidupan, terbujurnya bangkai: inilah yang disebut Penuaan dan kematian (JARĀ-MARAṆA)
“Dan apakah, para bhikkhu, kelahiran? Lahirnya berbagai makhluk menjadi berbagai golongan makhluk, dilahirkankan, masuk [ke dalam rahim], produksi, terwujudnya kelompok-kelompok unsur kehidupan, perolehan landasan-landasan indria. Ini disebut kelahiran (JĀTI)
"Dan apakah, para bhikkhu, penjelmaan? Ada tiga jenis penjelmaan: penjelmaan di alam indria, penjelmaan di alam berbentuk, penjelmaan di alam tanpa bentuk. Ini disebut penjelmaan (BHAVA)
“Dan apakah, para bhikkhu, kemelekatan itu? Ada empat jenis kemelekatan: kemelekatan pada kenikmatan indria, kemelekatan pada pandangan, kemelekatan pada aturan dan sumpah, kemelekatan pada doktrin tentang diri. Inilah yang disebut kemelekatan (UPĀDĀNA)
“Dan apakah, para bhikkhu, keinginan itu? Ada enam golongan keinginan: keinginan terhadap bentuk, keinginan terhadap suara, keinginan terhadap bau, keinginan terhadap rasa, keinginan terhadap objek sentuhan, keinginan terhadap fenomena pikiran. Inilah yang disebut keinginan (TAṆHĀ)
"Dan apakah, para bhikkhu, perasaan? Ada enam kelompok perasaan ini: perasaan yang muncul dari kontak-mata, perasaan yang muncul dari kontak-telinga, perasaan yang muncul dari kontak-hidung, perasaan yang muncul dari kontak-lidah, perasaan yang muncul dari kontak-badan, perasaan yang muncul dari kontak-pikiran. Ini disebut perasaan (VEDANĀ)
“Dan apakah, para bhikkhu, kontak itu? Ada enam jenis kontak: kontak mata, kontak telinga, kontak hidung, kontak lidah, kontak badan, kontak pikiran. Ini disebut kontak (PHASSA)
“Dan apakah, para bhikkhu, enam landasan indra itu? Landasan mata, landasan telinga, landasan hidung, landasan lidah, landasan badan, landasan pikiran. Inilah yang disebut enam landasan indra (SAḶĀYATANA)
“Dan apakah, para bhikkhu, Bathin-dan-Jasmani itu? Perasaan, persepsi, kehendak, kontak, perhatian: inilah yang disebut nama. Empat unsur utama dan rupa yang berasal dari empat unsur utama: inilah yang disebut rupa. Demikianlah nama dan rupa ini bersama-sama disebut Bathin-dan-Jasmani (NĀMARŪPA)
"Dan apakah, para bhikkhu, kesadaran? Ada enam kelompok kesadaran: kesadaran-mata, kesadaran-telinga, kesadaran-hidung, kesadaran-lidah, kesadaran-badan, kesadaran-pikiran. Ini disebut kesadaran (VIÑÑĀṆA)
“Dan apakah, para bhikkhu, bentukan-bentukan kehendak itu? Ada tiga jenis bentukan kehendak: bentukan kehendak jasmani, bentukan kehendak ucapan, dan bentukan kehendak pikiran. Ketiganya disebut bentukan-bentukan kehendak (SAṄKHĀRA)
“Dan apakah, para bhikkhu, ketidaktahuan itu? Tidak mengetahui penderitaan, tidak mengetahui asal mula penderitaan, tidak mengetahui lenyapnya penderitaan, tidak mengetahui jalan menuju lenyapnya penderitaan. Inilah yang disebut ketidaktahuan (AVIJJĀ)."
(dikutip dari : Tipiṭaka, Suttapiṭaka, Saṁyuttanikāya, Nidānavaggasaṁyutta, Nidānasaṁyutta, Buddhavagga, SN 12.2)
Sādhu...Sādhu...
Demikianlah Sebab-Kebergantungan ini dijelaskan dengan serinci-rinci nya langsung oleh Sang Bhagavā ; Sammāsaṃbuddha Gotama.
Dan mungkin ada diantara Kalyāṇamitta memang masih bingung karena mungkin ini baru pertama kali diketahui. Namun akan terlihat lebih gampang dimengerti bila diberikan contoh dalam realita kehidupan mengenai gambaran dari dua belas mata rantai (nidāna) dari Paṭiccasamuppāda ini.
Berikut contoh manifestasi Nidāna Paṭiccasamuppāda dalam kehidupan makhluk (manusia) :
1 AVIJJĀ = Seseorang percaya bahwa kenikmatan indrawi (makan, minum, hiburan) akan membawa kebahagiaan abadi dan sejati, padahal sebenarnya tidak kekal dan pada akhirnya mengecewakan. Atau, seseorang berpegang teguh pada gagasan "aku" atau "milikku" sebagai entitas yang permanen dan terpisah. Ini mendorong mereka untuk terus mengejar hal-hal yang fana.
2 SAṄKHĀRA = Seseorang yang marah karena merasa tersinggung (akibat avijjā) kemudian berbicara kasar atau bertindak agresif, menciptakan kamma negatif. Misalnya, seseorang memaki teman karena kesalahpahaman, yang kemudian memengaruhi hubungan mereka.
3 VIÑÑĀṆA = Bayi yang baru lahir memiliki kesadaran dasar yang memungkinkannya bereaksi terhadap rangsangan, seperti menangis saat lapar. Dalam kehidupan dewasa, viññāṇa terlihat saat seseorang secara otomatis mengenali objek (misalnya, melihat makanan dan langsung ingin makan).
4 NĀMARŪPA = Seseorang mengidentifikasi dirinya sebagai "saya" berdasarkan tubuhnya (rūpa) dan pikiran/perasaannya (nāma). Misalnya, seseorang merasa bangga karena tubuhnya atletis atau merasa cemas karena pikirannya penuh kekhawatiran.
5 SAḶĀYATANA = Seseorang melihat iklan makanan lezat di media sosial (mata sebagai indria), yang memicu keinginan untuk membeli makanan tersebut.
6 PHASSA = Anda melihat sebuah kue di meja. (Objek: kue, Organ: mata, Kesadaran: melihat). Bertemunya ketiga ini adalah kontak. Anda mendengar musik. (Objek: suara, Organ: telinga, Kesadaran: mendengar). Bertemunya ketiga ini adalah kontak.
7 VEDANĀ = Seseorang merasa senang saat menerima hadiah (vedanā menyenangkan), atau kesal saat macet di jalan (vedanā tidak menyenangkan).
8 TAṆHĀ = Seseorang yang merasa senang makan cokelat (vedanā menyenangkan) menjadi terobsesi untuk terus membeli cokelat (taṇhā), atau seseorang yang takut gagal berusaha menghindari tantangan (taṇhā ketidakberadaan).
9 UPĀDĀNA = Dari keinginan untuk makan kue, Anda tidak hanya ingin, tetapi harus memakannya dan merasa sangat kecewa jika tidak dapat (kemelekatan pada kesenangan indrawi). Anda sangat yakin dengan pandangan politik tertentu dan menolak semua argumen lain (kemelekatan pada pandangan). Anda merasa "hidup saya tidak lengkap tanpa pasangan jiwa saya" (kemelekatan pada doktrin diri/bhava-taṇhā yang menguat).
10 BHAVA = Seseorang yang terikat pada kenikmatan duniawi (kāma-bhava) terus mengejar gaya hidup hedonis, yang memperpanjang siklus penderitaan. Dalam konteks kelahiran kembali, bhava dapat terlihat sebagai kecenderungan untuk "lahir kembali" dalam pola kebiasaan buruk.
11 JĀTI = Setelah kamma bhava menghasilkan buahnya, kesadaran muncul di rahim atau di alam lain, dan sebuah kehidupan baru dimulai. Ini adalah kelahiran fisik dan mental sebagai entitas baru.
12 JARĀ-MARAṆA = Setiap makhluk yang lahir pasti akan mengalami penuaan (rambut memutih, kulit keriput, kekuatan berkurang), penyakit, dan pada akhirnya kematian. Selain itu, kesedihan karena kehilangan orang yang dicintai, ratapan atas nasib buruk, rasa sakit fisik, ketidaksenangan mental, dan keputusasaan yang muncul dari pengalaman hidup yang tidak memuaskan.
Itulah ke 12 gambaran dari masing-masing Nidāna ini, dan ada sedikit "rumus" untuk dapat mengetahui maksud dan contoh dari Nidāna ini maka Kalyāṇamitta silahkan melihat pada Sutta diatas terlebih dahulu maksud nya dari salah satu poin Nidāna lalu kemudian Kalyāṇamitta dapat melihat kembali pada Contoh Manifestasi dalam kehidupan dari Nidāna yang yang Kalyāṇamitta lihat maksudnya pada Sutta tadi.
Disini kuncinya adalah kesabaran dalam pembelajaran. Jika belum paham sepenuhnya, tidak apa-apa, kita bisa membaca nya kembali lain waktu, sifat dari Dhamma itu harus diulang-ulang, nantinya kita akan dapat memahami makna seutuhnya.
Kembali penulis tegaskan mengenai betapa pentingnya pemahaman akan Paṭiccasamuppāda ini, agar dapat mengentaskan penderitaan di Saṃsāra.
Semoga Cita-Cita luhur anda tercapai
Semoga semua Makhluk Hidup berbahagia..
Nibbāna paccayaṃ hotu
Ciraṁ tiṭṭhatu saddhammo
Buddhasāsanaṁ ciraṁ Tiṭṭhatu
Sādhu...Sādhu...
Demikianlah Sebab-Kebergantungan ini dijelaskan dengan serinci-rinci nya langsung oleh Sang Bhagavā ; Sammāsaṃbuddha Gotama.
Dan mungkin ada diantara Kalyāṇamitta memang masih bingung karena mungkin ini baru pertama kali diketahui. Namun akan terlihat lebih gampang dimengerti bila diberikan contoh dalam realita kehidupan mengenai gambaran dari dua belas mata rantai (nidāna) dari Paṭiccasamuppāda ini.
Berikut contoh manifestasi Nidāna Paṭiccasamuppāda dalam kehidupan makhluk (manusia) :
1 AVIJJĀ = Seseorang percaya bahwa kenikmatan indrawi (makan, minum, hiburan) akan membawa kebahagiaan abadi dan sejati, padahal sebenarnya tidak kekal dan pada akhirnya mengecewakan. Atau, seseorang berpegang teguh pada gagasan "aku" atau "milikku" sebagai entitas yang permanen dan terpisah. Ini mendorong mereka untuk terus mengejar hal-hal yang fana.
2 SAṄKHĀRA = Seseorang yang marah karena merasa tersinggung (akibat avijjā) kemudian berbicara kasar atau bertindak agresif, menciptakan kamma negatif. Misalnya, seseorang memaki teman karena kesalahpahaman, yang kemudian memengaruhi hubungan mereka.
3 VIÑÑĀṆA = Bayi yang baru lahir memiliki kesadaran dasar yang memungkinkannya bereaksi terhadap rangsangan, seperti menangis saat lapar. Dalam kehidupan dewasa, viññāṇa terlihat saat seseorang secara otomatis mengenali objek (misalnya, melihat makanan dan langsung ingin makan).
4 NĀMARŪPA = Seseorang mengidentifikasi dirinya sebagai "saya" berdasarkan tubuhnya (rūpa) dan pikiran/perasaannya (nāma). Misalnya, seseorang merasa bangga karena tubuhnya atletis atau merasa cemas karena pikirannya penuh kekhawatiran.
5 SAḶĀYATANA = Seseorang melihat iklan makanan lezat di media sosial (mata sebagai indria), yang memicu keinginan untuk membeli makanan tersebut.
6 PHASSA = Anda melihat sebuah kue di meja. (Objek: kue, Organ: mata, Kesadaran: melihat). Bertemunya ketiga ini adalah kontak. Anda mendengar musik. (Objek: suara, Organ: telinga, Kesadaran: mendengar). Bertemunya ketiga ini adalah kontak.
7 VEDANĀ = Seseorang merasa senang saat menerima hadiah (vedanā menyenangkan), atau kesal saat macet di jalan (vedanā tidak menyenangkan).
8 TAṆHĀ = Seseorang yang merasa senang makan cokelat (vedanā menyenangkan) menjadi terobsesi untuk terus membeli cokelat (taṇhā), atau seseorang yang takut gagal berusaha menghindari tantangan (taṇhā ketidakberadaan).
9 UPĀDĀNA = Dari keinginan untuk makan kue, Anda tidak hanya ingin, tetapi harus memakannya dan merasa sangat kecewa jika tidak dapat (kemelekatan pada kesenangan indrawi). Anda sangat yakin dengan pandangan politik tertentu dan menolak semua argumen lain (kemelekatan pada pandangan). Anda merasa "hidup saya tidak lengkap tanpa pasangan jiwa saya" (kemelekatan pada doktrin diri/bhava-taṇhā yang menguat).
10 BHAVA = Seseorang yang terikat pada kenikmatan duniawi (kāma-bhava) terus mengejar gaya hidup hedonis, yang memperpanjang siklus penderitaan. Dalam konteks kelahiran kembali, bhava dapat terlihat sebagai kecenderungan untuk "lahir kembali" dalam pola kebiasaan buruk.
11 JĀTI = Setelah kamma bhava menghasilkan buahnya, kesadaran muncul di rahim atau di alam lain, dan sebuah kehidupan baru dimulai. Ini adalah kelahiran fisik dan mental sebagai entitas baru.
12 JARĀ-MARAṆA = Setiap makhluk yang lahir pasti akan mengalami penuaan (rambut memutih, kulit keriput, kekuatan berkurang), penyakit, dan pada akhirnya kematian. Selain itu, kesedihan karena kehilangan orang yang dicintai, ratapan atas nasib buruk, rasa sakit fisik, ketidaksenangan mental, dan keputusasaan yang muncul dari pengalaman hidup yang tidak memuaskan.
Itulah ke 12 gambaran dari masing-masing Nidāna ini, dan ada sedikit "rumus" untuk dapat mengetahui maksud dan contoh dari Nidāna ini maka Kalyāṇamitta silahkan melihat pada Sutta diatas terlebih dahulu maksud nya dari salah satu poin Nidāna lalu kemudian Kalyāṇamitta dapat melihat kembali pada Contoh Manifestasi dalam kehidupan dari Nidāna yang yang Kalyāṇamitta lihat maksudnya pada Sutta tadi.
Disini kuncinya adalah kesabaran dalam pembelajaran. Jika belum paham sepenuhnya, tidak apa-apa, kita bisa membaca nya kembali lain waktu, sifat dari Dhamma itu harus diulang-ulang, nantinya kita akan dapat memahami makna seutuhnya.
Kembali penulis tegaskan mengenai betapa pentingnya pemahaman akan Paṭiccasamuppāda ini, agar dapat mengentaskan penderitaan di Saṃsāra.
Semoga Cita-Cita luhur anda tercapai
Semoga semua Makhluk Hidup berbahagia..
Nibbāna paccayaṃ hotu
Ciraṁ tiṭṭhatu saddhammo
Buddhasāsanaṁ ciraṁ Tiṭṭhatu
Sādhu...Sādhu...
15 Juni 2025
Mettācittena,
Viriyaputta, upāsaka