Kehidupan Ini Sangatlah Rapuh dan Kematian Akan Tiba


Theruwansaranai!
තෙරුවන් සරණයි!
Sukhi Hotu Kalyāṇamitta 

KEHIDUPAN INI SANGATLAH RAPUH, TIDAK ADA YANG DAPAT MENGETAHUI KAPAN TEPATNYA KEMATIAN AKAN TIBA DAN BAGAIMANA CARANYA KEMATIAN TERJADI
Begitulah memang realita nya, semua yang muncul dan berkondisi pasti akan lenyap, hancur (mati) suatu saat.
Pada hari kemarin Kamis (12/6). peristiwa duka telah terjadi, Sebuah pesawat Boeing 787-8 Dreamliner milik Air India jatuh tak lama setelah lepas landas dari Bandara Ahmedabad, India,  Pesawat dengan nomor penerbangan AI171 itu mengangkut 242 orang, terdiri atas 230 penumpang, dua pilot, dan 10 awak kabin. Pihak maskapai menyatakan pesawat sedang menuju kota London Gatwick saat mengalami insiden tersebut. Update terbaru hanya seorang Penumpang yang selamat dari bencana ini.
Peristiwa tak terduga ini tentu terjadi dengan tiba-tiba dan tanpa DIKETAHUI (diprediksi) sebelumnya, ketika semuanya tampak berjalan lancar seperti biasanya TAK ADA SATUPUN yang menduga bahwa inilah pesawat TERAKHIR yang mereka tumpangi di kehidupan ini.
Maka, mengingat pada peristiwa ini, pentingnya kita untuk merefleksikan diri kita dengan Ajaran Sang Buddha mengenai realitas tentang kehidupan dan kematian.
Mari disimak Sutta berikut ini...

SALLA SUTTA
"Kehidupan di dunia ini tidak dapat diramalkan dan tidak menentu. Kehidupan di sini ini sulit, pendek dan dipenuhi penderitaan.
Suatu makhluk, sekali dilahirkan, akan mengalami kematian, dan tidak ada jalan keluar darinya. Ketika usia tua atau penyebab lain tiba, maka kematian pun datang. Demikianlah adanya makhluk hidup.
Ketika buah-buahan masak, mereka mungkin akan jatuh di pagi hari. Seperti itu pula halnya suatu makhluk, sekali dilahirkan, bisa mati kapan pun juga.
....Baik yang muda maupun yang tua, tak peduli apakah mereka dungu atau bijaksana, akan terjebak dalam kematian. Semua makhluk bergerak menuju kematian.
Mereka dikuasai oleh kematian. Mereka akan pergi ke dunia lain. Tak ada seorang ayah pun yang dapat menyelamatkan putranya. Tak ada keluarga yang dapat menyelamatkan sanak saudaranya.
Lihatlah: Sementara sanak keluarga memandang, menangis dan meraung-raung, manusia diusung satu demi satu, bagaikan ternak yang dibawa menuju ke tempat pembantaian.
Jadi, kematian dan usia tua adalah penyakit dunia. Oleh karenanya, orang bijaksana tidak bersedih hati melihat sifat dunia ini.
(dikutip dari : Tipiṭaka, Suttapiṭaka, Khuddakanikāya, Suttanipāta, Mahāvagga, Snp 3.8)

Sādhu...Sādhu...
Demikianlah isi Sutta tersebut diatas, dijelaskan secara jelas sesuai realitas sebagaimana adanya dan dengan bijaksana menurut ajaran Buddha Sāsana.
Kematian sejatinya harus dilihat sebagai HAL YANG SANGAT WAJAR, karena memang begitulah realitas adanya.
Apalagi kita yang berada di Buddha Sāsana ini yang memiliki Saddhā terhadap Tiratana, seharusnya memiliki bathin yang tidak akan goyah terhadap fenomena realitas seperti kematian.
Sebenarnya yang perlu dikhawatirkan adalah adanya kelahiran kembali setelah kematian. Karena Itulah yang menjadi poin kunci Ajaran Buddha, untuk bagaimana agar tidak terlahir kembali di Saṃsāra.
Sang Bhagavā ; Sammāsaṃbuddha Gotama, telah memberikan kita "resep obat" untuk dapat mengakhiri siklus lahir-mati ini, tinggal kita yang harus menjalankan dengan praktik dengan benar sesuai Dhamma Sejati.
Mari dari kejadian ini kita bangkitkan saṃvega untuk dapat meninggalkan Saṃsāra ini, karena Saṃsāra ini akan selalu penuh dengan hal-hal seperti kejadian duka yang penuh penderitaan ini. Kita selama mengarungi Saṃsāra ini juga pasti pernah mengalami hal serupa yang dialami oleh para korban kecelakaan pesawat ini.
penulis ucapkan Sabbe Saṅkhārā Aniccā semoga para korban yang meninggal dalam kecelakaan ini, dapat terlahir kembali di wilayah yang baik sesuai dengan Kamma Kebajikan masing-masing, dan semoga mereka dapat dipertemukan dengan ajaran Buddha Sāsana dan segera dapat mempraktikkan ajaran luhur ini hingga mencapai Nibbāna.

Semoga Cita-Cita luhur anda tercapai
Semoga semua Makhluk Hidup berbahagia..
Nibbāna paccayaṃ hotu
Ciraṁ tiṭṭhatu saddhammo
Buddhasāsanaṁ ciraṁ Tiṭṭhatu
Sādhu...Sādhu...

13 Juni 2025
Mettācittena,
Viriyaputta, upāsaka