Perenungan Kerap Kali Tentang Kematian


Theruwansaranai!
තෙරුවන් සරණයි!
Sukhi Hotu Kalyāṇamitta 

PERENUNGAN YANG WAJIB DILAKUKAN SETIAP HARI ADALAH BAHWA KITA SEDANG MENUJU PADA WAKTU KEMATIAN KITA YANG SEMAKIN DEKAT
Seperti dikatakan oleh Sang Bhagavā sendiri bahwa segala sesuatu yang tersusun akan mengalami kelapukan, demikian juga Tubuh kita ini, pada suatu hari nanti tidak akan eksis lagi, alias Mati.
Sungguh dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan & Teknologi yang sudah sedemikian maju saat ini, sayangnya tidak ada satupun alat teknologi atau ilmu yang bisa memprediksi waktu tepat kapan seseorang akan mati.
"Kehidupan itu tidak pasti, namun kematian itu pasti." begitulah kira-kira kalimat yang menggambarkan situasi ini.
Di dalam Buddha Sāsana ini, diajarkan oleh Sang Bhagavā bahwa kita sepatutnya merenungkan pada kematian ini agar kita selalu waspada dan berperhatian penuh setiap saat kita hidup.
Mari disimak dalam Sutta berikut ini...

ABHIṆHAPACCAVEKKHITABBAṬHĀNASUTTA

“Para bhikkhu, ada lima tema ini yang harus sering kali direnungkan oleh seorang perempuan atau laki-laki, oleh seorang perumah tangga atau seorang yang meninggalkan keduniawian.
Apakah lima ini?
Seorang perempuan atau laki-laki, seorang perumah tangga atau seorang yang meninggalkan keduniawian, harus sering kali merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku tunduk pada kematian; aku tidak terbebas dari kematian.’
Dan demi manfaat apakah maka seorang perempuan atau laki-laki, seorang perumah tangga atau seorang yang meninggalkan keduniawian, harus sering kali merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku tunduk pada kematian; aku tidak terbebas dari kematian’? Selama masa kehidupan mereka makhluk-makhluk dimabukkan oleh kehidupan mereka, dan ketika mereka dimabukkan oleh kehidupan mereka maka mereka melakukan perbuatan salah melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Tetapi ketika mereka sering kali merefleksikan tema ini, maka kemabukan pada kehidupan akan sepenuhnya ditinggalkan atau berkurang. Adalah demi manfaat ini maka seorang perempuan atau laki-laki, seorang perumah tangga atau seorang yang meninggalkan keduniawian, harus sering kali merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku tunduk pada kematian; aku tidak terbebas dari kematian.’
(dikutip dari : Tipiṭaka, Suttapiṭaka, Aṅguttaranikāya, Pañcakanipāta, Dutiyapaṇṇāsaka, Nīvaraṇavagga, AN 5.57)

Sādhu...Sādhu...
Demikianlah Sabda Sang Bhagavā ; Sammāsaṃbuddha Gotama, mengenai nasehat untuk murid Nya agar melakukan perenungan terhadap kematian ini, sebagai berikut :
(Maraṇa-dhammo'mhi, maraṇaṃ anatīto.) "Saya tunduk pada kematian, tidak dapat lepas dari kematian.”
Adalah bunyi perenungan tersebut dalam bahasa Pāli dan terjemahan Indonesia,.
Kita selayaknya harus Mengakui bahwa kematian adalah HAL WAJAR yang tak terhindarkan bagi semua makhluk hidup. Ini merangsang kewaspadaan (appamāda) dan urgensi untuk melakukan kebajikan yang banyak dan kurangi menimbun Kamma Buruk sebelum waktu hidup kita habis. Dan juga sekaligus Menciptakan saṃvega (keterdesakan spiritual) untuk terus berlatih praktik Dhamma.
Di dalam kitab penjelas makna untuk Aṅguttara Nikāya yaitu Manorathapurani diberikan tambahan nasehat, yaitu untuk melakukan refleksi ini setiap pagi dan malam, atau saat menghadapi situasi yang memicu kemelekatan. Dan juga agar Jangan biarkan refleksi ini menimbulkan ketakutan, tetapi jadikan sebagai motivasi untuk bertindak bijaksana, yang bermanfaat, sesuai nilai-nilai Dhamma maka niscaya setelah mengikuti demikian hal nya Hidup ini akan menjadi lebih bermakna bagi kita, dan cita-cita luhur kita semakin dekat yaitu pada pencapaian Nibbāna.

Semoga Cita-Cita luhur anda tercapai
Semoga semua Makhluk Hidup berbahagia..
Nibbāna paccayaṃ hotu
Ciraṁ tiṭṭhatu saddhammo
Buddhasāsanaṁ ciraṁ Tiṭṭhatu
Sādhu...Sādhu...

31 Mei 2025
Mettācittena,
Viriyaputta, upāsaka