තෙරුවන් සරණයි!
Sukhi Hotu Kalyāṇamitta
PERENUNGAN YANG WAJIB DILAKUKAN SETIAP HARI ADALAH BAHWA KITA PASTI AKAN TERPISAH DENGAN YANG KITA CINTAI DAN SAYANGI
Adalah sebuah hal yang mustahil, bahwa ketika suatu Makhluk Hidup lahir di dunia ini tanpa berkoneksi (berhubungan) dengan makhluk hidup lainnya di kehidupannya. Dalam konteks ini misalnya seperti Ibu, Ayah lalu mungkin suami, istri, anak kita lah yang paling dekat dengan kita. Lalu koneksi sedemikian ini tentu akan memiliki rasa saling menjaga, saling menyayangi, saling bergantung satu sama lain, sehingga bisa menjadi sebuah KEMELEKATAN. Adalah hal yang PASTI dan TAK TERELAKKAN bahwa kita suatu hari nanti akan berpisah dari orang-orang yang kita kasihi dan cintai tersebut. Pertanyaannya : Siapkah kita untuk melepas mereka pada saat perpisahan tersebut???. Sebagai makhluk Putthujana yang masih memiliki Pandangan Salah akan eksistensi diri ini, adalah hal lumrah bawa kita TIDAKLAH GAMPANG begitu saja melepas kepergian orang yang kita kasihi yang sudah sedemikian dekat dengan kita.
Maka oleh karena itu, Sang Bhagavā mengetahui hal ini dan memberikan Nasehat untuk kita agar melakukan sebuah Perenungan (Refleksi), mari disimak dalam Sutta dibawah ini :
ABHIṆHAPACCAVEKKHITABBAṬHĀNASUTTA
“Para bhikkhu, ada lima tema ini yang harus sering kali direnungkan oleh seorang perempuan atau laki-laki, oleh seorang perumah tangga atau seorang yang meninggalkan keduniawian.
Apakah lima ini?
Seorang perempuan atau laki-laki, seorang perumah tangga atau seorang yang meninggalkan keduniawian, harus sering kali merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku pasti berpisah dan terpisah dari siapa pun dan apa pun yang kusukai dan kusayangi.'
“Dan demi manfaat apakah maka seorang perempuan atau laki-laki, seorang perumah tangga atau seorang yang meninggalkan keduniawian, harus sering kali merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku pasti berpisah dan terpisah dari siapa pun dan apa pun yang kusukai dan kusayangi’? Makhluk-makhluk memiliki keinginan dan nafsu sehubungan dengan orang-orang dan benda-benda yang mereka sukai dan sayangi, dan dengan digerakkan oleh nafsu ini maka mereka melakukan perbuatan salah melalui jasmani, ucapan, dan pikiran. Tetapi ketika mereka sering kali merefleksikan tema ini, maka keinginan dan nafsu sehubungan dengan siapa pun dan apa pun yang disukai dan disayangi akan sepenuhnya ditinggalkan atau berkurang. Adalah demi manfaat ini maka seorang perempuan atau laki-laki, seorang perumah tangga atau seorang yang meninggalkan keduniawian, harus sering kali merefleksikan sebagai berikut: ‘Aku pasti berpisah dan terpisah dari siapa pun dan apa pun yang kusukai dan kusayangi.’
(dikutip dari : Tipiṭaka, Suttapiṭaka, Aṅguttaranikāya, Pañcakanipāta, Dutiyapaṇṇāsaka, Nīvaraṇavagga, AN 5.57)
Sādhu...Sādhu...
Begitulah Sabda Sang Bhagavā ; Sammāsaṃbuddha Gotama, terkait pada Perenungan yang selayaknya kita para Kalyāṇamitta lakukan setiap hari nya yang berbunyi :
"Sabbehi me piyehi manāpehi nānābhāvo vinābhāvo"
(Saya akan terpisah dari semua yang saya cintai dan sayangi)
Demikian bunyi perenungan tersebut dalam bahasa Pāli dan terjemahan Indonesia,.
Dan juga dijelaskan di Sutta bahwa keterikatan ini bukan sebatas antar makhluk hidup namun terhadap segala apapun barang fisik juga yang membuat kita MELEKAT dan enggan melepas nya.
Ketahuilah Kalyāṇamitta, bahwa segala sesuatu nya tidak luput dari Hukum Ketidakkekalan (Anicca). Maka selayaknya kita harus memahami kebenaran yang TAK TERELAKKAN ini. Manusia cenderung diliputi oleh Kilesa sepanjang waktu, sehingga selalu meng"klaim" segala nya : "ini milik ku, ini kepunyaan Ku," namun kebenaran nya adalah bertolak belakang bahwa semuanya BUKANLAH MILIK DAN KEPUNYAAN KITA, bahkan tubuh ini juga akan ditinggalkan (ketika Mati).
Maka oleh karena itu harusnya kita Menyadari bahwa semua hubungan, harta, dan hal-hal yang dianggap berharga ini hanya bersifat sementara dan pasti akan berakhir melalui perpisahan atau kematian. Perenungan Ini akan membantu melepaskan kemelekatan emosional.
Refleksi ini sejatinya bertujuan melatih Nekkhamma (pelepasan) dan menerima hukum vipariṇāma (perubahan) sebagaimana adanya.
kita harus dapat merelakan apapun itu dalam kehidupan ini yang bila dibandingkan dengan Skala Saṃsāra maka ini semua hanyalah bermakna setitik debu kecil di perjalanan panjang di Saṃsāra.
semoga kita dapat belajar melepas KEMELEKATAN ini hingga pada saatnya merealisasi Pencerahan Nibbāna.
Semoga Cita-Cita luhur anda tercapai
Semoga semua Makhluk Hidup berbahagia..
Nibbāna paccayaṃ hotu
Ciraṁ tiṭṭhatu saddhammo
Buddhasāsanaṁ ciraṁ Tiṭṭhatu
Sādhu...Sādhu...
01 Juni 2025
Mettācittena,
Viriyaputta, upāsaka