Mengenal Konsep Anatta Melalui Peninjauan Paticcasamuppada


Theruwansaranai!
තෙරුවන් සරණයි!
Sukhi Hotu Kalyāṇamitta 

MENGENAL KONSEP ANATTĀ (BUKAN DIRI) MELALUI PENINJAUAN TERHADAP PAṬICCASAMUPPĀDA (SEBAB-KEBERGANTUNGAN)
Di dalam Buddha Sāsana ini, kita mengenal sebuah doktrin yang dinamakan Anattā (BUKAN DIRI), meskipun ada juga yang berpendapat artinya sebagai TIADA DIRI atau BUKAN ROH, namun intinya makna nya tetap sama, yaitu menolak adanya sesuatu eksistensi YANG KEKAL di dalam diri dan disebut sebagai "aku."
Inilah yang menjadi pembeda Ajaran Buddha Sāsana ini dengan Ajaran-Ajaran kepercayaan lain nya yang dimana masih melekati pada pandangan adanya diri/roh dalam diri ini yang kekal yang akan bermanifestasi kembali setelah kematian dalam wujud "Reinkarnasi" ataupun "kelahiran di Surga (yang dianggap kekal) PADAHAL TIDAK".
Memang tidak mudah untuk memahami atau bahkan menembus pengertian sepenuhnya mengenai Anattā sebab diperlukan teknik Vipassanā mendalam.
Namun kita bisa sedikit memahami melalui penjelasan Sang Bhagavā kepada kita di banyak Sutta Tipiṭaka, salah satunya adalah melalui Sutta berikut ini :

NATUMHASUTTA
Di Sāvatthī. “Para bhikkhu, tubuh ini bukan milik kalian, juga bukan milik orang lain. Ini adalah kamma masa lalu, yang terlihat sebagai hasil dan dibentuk oleh kehendak, sebagai sesuatu yang harus dirasakan. Sehubungan dengan hal ini, para bhikkhu, seorang siswa mulia yang terpelajar memperhatikan dengan seksama dan sungguh-sungguh pada kemunculan bergantungan sebagai berikut: ‘Jika ini ada, maka itu juga ada; dengan munculnya ini, maka muncullah itu. Jika ini tidak ada, maka itu tidak ada, dengan lenyapnya ini, maka lenyap pula itu. Yaitu, dengan ketidaktahuan sebagai kondisi, maka bentukan-bentukan kehendak [muncul]; dengan bentukan-bentukan kehendak sebagai kondisi, maka kesadaran …. (Berlanjut seperti paṭiccasamuppādasutta di Postingan 2 hari lalu), Demikianlah asal-mula keseluruhan kumpulan penderitaan ini. Tetapi dengan peluruhan tanpa sisa dan lenyapnya ketidaktahuan, maka lenyap pula bentukan-bentukan kehendak; dengan lenyapnya bentukan-bentukan kehendak, maka lenyap pula kesadaran …. (Berlanjut seperti paṭiccasamuppādasutta di Postingan 2 hari lalu), Demikianlah lenyapnya keseluruhan kumpulan penderitaan ini.”
(dikutip dari : Tipiṭaka, Suttapiṭaka, Samyuttanikāya, Nidānavaggasaṁyutta, Nidānasaṁyutta, Buddhavagga, SN 12.2)

Sādhu...Sādhu...
Itulah yang disampaikan oleh Sang Bhagavā ; Sammāsaṃbuddha Gotama, bahwa melalui pengamatan mengenai Sebab-Kebergantungan (Paṭiccasamuppāda) ini kemudian kita dapat memahami Anattā.
Intinya dalam Sutta diatas, Sang Buddha memberikan pengajaran kepada para bhikkhu tentang bagaimana segala fenomena yang bergantung pada sebab (paṭiccasamuppāda) bukanlah "milik kita" ( na tumha ), bukan "diri" (anattā), dan bersifat sementara (anicca). Dengan memahami hal ini, seseorang dapat terbebas dari penderitaan.
Untuk kita, makhluk yang telah mengarungi Saṃsāra dalam waktu yang lama tak terhitung tentu tidak akan mudah melepas doktrin akan "adanya diri", namun perlunya kita untuk melepas sebagaimana adanya KELEKATAN terhadap "eksistensi diri" ini. Memang faktanya adalah tiada diri, tiada Roh, lalu mengapa pula kita masih ngotot pada pandangan SALAH tentang adanya Roh ??!
Pahamilah ini Kalyāṇamitta, mau tidak mau kita harus menerima ajaran luhur ini dengan menembusi nya sendiri untuk diri kita, sehingga kita pada akhirnya dapat terbebas dari Saṃsāra dan mencapai Nibbāna dengan terlebih dahulu menghancurkan Saṁyojana (belenggu) mengenai Sakkāya-diṭṭhi (percaya adanya diri atau roh).

Semoga Cita-Cita luhur anda tercapai
Semoga semua Makhluk Hidup berbahagia..
Nibbāna paccayaṃ hotu
Ciraṁ tiṭṭhatu saddhammo
Buddhasāsanaṁ ciraṁ Tiṭṭhatu
Sādhu...Sādhu...

16 Juni 2025
Mettācittena,
Viriyaputta, upāsaka