Pentingnya Berpedoman Pada Tipitaka, Bukan Hanya Syair Yang Nampak Indah Saja


Theruwansaranai!
තෙරුවන් සරණයි!
Sukhi Hotu Kalyāṇamitta 

PENTINGNYA BERPEDOMAN PADA AJARAN BUDDHA SĀSANA YANG BERASAL DARI SUTTA TIPIṬAKA LANGSUNG, DAN BUKAN HANYA MELIHAT DARI SYAIR-SYAIR PUITIS YANG DIGUBAH AGAR "NAMPAK INDAH" SAJA
Dewasa ini kita Umat Buddha di era kemajuan teknologi ini, suka sekali pada hal-hal yang instan. Dalam hal ini, konteks yang ingin disampaikan adalah para Kalyāṇamitta mungkin lebih cenderung suka membaca dan melihat pada Syair-Syair singkat yang diambil dari Ucapan Sang Bhagavā ; Sammāsaṃbuddha Gotama, langsung dari Tipiṭaka. kata-kata syair singkat tersebut "dibalut" seperti kartu ucapan.
Hal ini tidaklah buruk, namun perlu diingat, Ajaran Sang Bhagavā ini sangatlah mendalam dan apakah hanya dengan Syair-Syair pendek dan dibuat indah puitis gubahan dari Sutta Tipiṭaka tersebut mampu memberikan Makna yang utuh seperti selayaknya yang langsung berasal dari Sutta di Tipiṭaka ??
Mari kita simak apa yang disampaikan oleh Sang Buddha dalam Sutta berikut...

ĀṆISUTTA
“Demikian pula, para bhikkhu, hal yang sama akan terjadi dengan para bhikkhu di masa depan. Ketika khotbah-khotbah ini yang dibabarkan oleh Sang Tathāgata, yang dalam, bermakna dalam, adi-duniawi, berhubungan dengan kekosongan, sedang dibacakan, mereka tidak mendengarkan, juga tidak menyimaknya, tidak mengarahkan pikiran mereka untuk memahaminya; dan mereka tidak berpikir bahwa ajaran-ajaran itu harus dipelajari dan dipahami. Tetapi ketika khotbah itu juga yang syair yang digubah oleh para insani, dengan kata-kata dan indah, diciptakan oleh pihak luar, dibabarkan oleh siswa-siswa [mereka], sedang dibacakan, mereka akan mendengarkannya, akan menyimaknya, akan mengarahkan pikiran mereka untuk memahaminya; dan mereka akan berpikir bahwa ajaran-ajaran itu harus dan dipelajari. Demikianlah para bhikkhu, khotbah-khotbah ini yang dibabarkan oleh Sang Tathāgata yang dalam, bermakna dalam, adi-duniawi, berhubungan dengan beberapa, akan berakhir.

“Oleh karena itu, para bhikkhu, kalian harus berlatih sebagai berikut: 'Ketika khotbah-khotbah ini yang dibabarkan oleh Sang Tathāgata, yang dalam, bermakna dalam, adi-duniawi, berhubungan dengan kekosongan, sedang dibacakan, maka kami akan mendengarkan pendengaran, akan menyimaknya, akan mengarahkan pikiran kami untuk memahaminya; dan kami akan berpikir bahwa ajaran-ajaran itu harus dipelajari dan dikuasai.' Demikianlah kalian harus berlatih.”
(dikutip dari : Tipiṭaka, Suttapiṭaka, Saṁyuttanikāya, Nidānavaggasaṁyutta, Opammasaṁyutta, Opammavagga, SN 20.7)

Sādhu...Sādhu...
Demikianlah yang disabdakan oleh Sang Bhagavā ; Sammāsaṃbuddha Gotama, di Sutta diatas dalam rangka menjelaskan mengenai pentingnya untuk Mengetahui dan Mempelajari langsung dari Sumber Otentik (Sutta Tipiṭaka) dalam hal untuk bertujuan menimbulkan pemahaman yang lebih jelas.
Apalagi Ajaran inti dari Sang Buddha yang coba dijelaskan tersebut dan digubah kemudian yang menyangkut misalnya pada Tilakkhaṇa dan suññatā (kekosongan). Ajaran tersebut sangatlah mendalam, dan tak mudah dimengerti apalagi bagi umat yang masih sangat awam dalam hal Pariyatti sehingga dapat menimbulkan misinterpretasi makna yang ingin disampaikan sebenarnya.
Bukankah hal ini sangat berbahaya dan merugikan bila seterusnya Umat di Buddha Sāsana ini berpedoman pada misinterpretasi tersebut ?
Maka oleh karena itu, Intinya Sang Buddha di Sutta ini, menginstruksikan kita untuk Bersemangat mempelajari ajaranNya yang dalam langsung dari sumber Otentik dan tidak terlena oleh ajaran yang hanya menarik secara permukaan (seperti Syair-Syair Puitis).
Dan sekaligus menjaga agar Ajaran yang mendalam ini tidak akan lenyap begitu saja jika tidak dipelajari, dipahami, dan dilestarikan dengan sungguh-sungguh oleh diri kita sendiri.
Kitalah sesungguhnya Pewaris Dhamma untuk generasi selanjutnya.

Semoga Cita-Cita luhur anda tercapai
Semoga semua Makhluk Hidup berbahagia..
Nibbāna paccayaṃ hotu
Ciraṁ tiṭṭhatu saddhammo
Buddhasāsanaṁ ciraṁ Tiṭṭhatu
Sādhu...Sādhu...

20 Mei 2025
Mettācittena,
Viriyaputta, upāsaka