Momen Waisak: Sang Bodhisatta Mencapai Pencerahan Sempurna


Theruwansaranai!
තෙරුවන් සරණයි!
Sukhi Hotu Kalyāṇamitta 

MOMEN WAISAK (REVIEW 3 PERISTIWA PENTING), BAGIAN KEDUA : SANG BODHISATTA MENCAPAI PENCERAHAN SEMPURNA (SAMMĀSAMBUDDHA)
Akhirnya hari Waisak telah tiba. Mari Kalyāṇamitta sekalian kita kembali mengulas peristiwa-peristiwa penting yang diperingati di hari Waisak. Kali ini, akan dibahas terkait peristiwa Pencerahan Sempurna dari Sang Bodhisatta kita di bulan Vesākha pada tahun 588 SM. Sebuah Peristiwa Maha Agung yang kemudian menandakan Kemunculan seorang Sammāsambuddha di Dunia ini.
Setelah Sang Bodhisatta mengalahkan bala tentara Māra, Beliau akhirnya merealisasi Pencerahan Sempurna yang menandakan Akhir dari perjalanan panjang di Saṃsāra dengan dicapainya Nibbāna langsung oleh Beliau.
Dalam momen pencerahan Sang Buddha ada sebuah renungan ikonik yang disebut udāna (ucapan penuh makna) yang Beliau renungkan di saat setelah Beliau mencapai pencerahan. Dan kalimat ini telah begitu terkenal hingga dibuat sebagai Parittā Paṭṭhāna di beberapa aliran Vihara Theravāda. dan karena bait Sutta ini berkaitan dengan saat-saat Pencerahan Beliau, maka akan dibahas lebih lanjut.
Sekarang kita akan melihat pada Sutta yang berisi ungkapan tersebut

JARĀVAGGA
Aneka jāti saṃsāraṃ, sandhāvissaṃ anibbisaṃ,
Gahakāraṃ gavesanto, dukkhā jāti punappunaṃ.
Gahakāraka diṭṭhosi, puna gehaṃ na kāhasi,
Sabbe te phāsukā bhaggā, gahakūṭaṃ visaṅkhataṃ,
Visaṅkhāragataṃ cittaṃ, taṇhānaṃ khayamajjhagā.
[[[terjemahan]]] :
"Aku telah mengembara dalam saṃsāra melalui banyak kelahiran tanpa henti,
Mencari pembangun rumah (nafsu keinginan),
betapa menyakitkan kelahiran yang berulang-ulang.
Wahai pembuat rumah, kini engkau telah terlihat, engkau tak akan membangun rumah lagi!
Semua tiangmu telah hancur, bubungan rumah pun telah runtuh,
Batin telah mencapai kondisi yang tidak tersusun (visaṅkhāra),
Dan telah mencapai akhir dari kehausan (nafsu keinginan – taṇhā).”
(dikutip dari : Tipiṭaka, Suttapiṭaka, Khuddakanikāya, Dhammapada, Dhp 153 - 154)

Sādhu...Sādhu...
Demikianlah petikan Stanza dari Kitab Dhammapada tersebut, Penulis mengira pasti diantara Kalyāṇamitta pernah mendengarnya, namun disini kembali dibahas.
Bahwa memang kutipan bait Dhammapada di atas sangatlah fenomenal, sangat mengharukan makna nya bila kita mampu menghayatinya ke dalam bathin ini. 🙏🏻 
Mengingat kembali bahwa kita yang masih terus "Tersesat" di Saṃsāra ini sampai entah kapan berakhir perjalanan ini... bait Dhammapada di atas sebagai "Alarm" bagi kita dari Sang Buddha. Bahwa kita sejatinya jangan terlalu terlena dengan fenomena-fenomena fana di Saṃsāra karena adalah Sangat melelahkan untuk terus terlahir kembali berulang-ulang.
Dan pada Momen Waisak ini, kita jadikan Perenungan buat diri kita, bahwa Sang Buddha yang telah berhasil memasuki "Pintu Nibbāna" tsb, dan beliau juga telah mengajari kita cara untuk masuk melalui "Pintu" tersebut, yang tak lain adalah Jalan menuju Lenyapnya Dukkha (Penderitaan) yang disebut Jalan Mulia beruas 8.
Momen Pencerahan Sang Buddha ini mengingatkan kita untuk harus terus bersemangat untuk mengikuti Arahan dan Nasehat yang telah diberikan oleh Beliau, dan janganlah Sia-sia kan ajaran Beliau begitu saja. ketahuilah, bahwa Beliau rela mencapai tataran Sammāsambuddha yang bukan perkara mudah yaitu harus menghabiskan waktu yang tak terhitung menyempurnakan 30  pāramī agar demi bisa mengajarkan "resep" untuk kita para Makhluk agar dapat terbebas dari lautan Saṃsāra tiada akhir.
Selamat Hari Waisak.

Semoga Cita-Cita luhur anda tercapai
Semoga semua Makhluk Hidup berbahagia..
Nibbāna paccayaṃ hotu
Ciraṁ tiṭṭhatu saddhammo
Buddhasāsanaṁ ciraṁ Tiṭṭhatu
Sādhu...Sādhu...

12 Mei 2025
Mettācittena,
Viriyaputta, upāsaka