Momen Waisak: Sammasambuddha Gotama Memasuki Mahaparinibbana Akhir


Theruwansaranai!
තෙරුවන් සරණයි!
Sukhi Hotu Kalyāṇamitta 

MOMEN WAISAK (REVIEW 3 PERISTIWA PENTING), BAGIAN KETIGA : SAMMĀSAMBUDDHA GOTAMA MEMASUKI MAHAPARINIBBANA AKHIR.
Akhirnya tiba pada pembahasan terakhir pada hari ini, yang menyangkut pada momen peristiwa penting yang menyertai perayaan Waisak. Yaitu pada hari ini akan dibahas mengenai kepadaman akhir dari seorang Sammāsambuddha.
Kalyāṇamitta, kita mengetahui bahwa setelah mencapai Penerangan Sempurna dibawah pohon Bodhi, Sang Buddha kemudian mulai memutar Roda Dhamma dan mengajarkan Dhamma kepada makhluk manapun yang Beliau ingin bebaskan dari penderitaan dengan Maha Karuṇā Nya. Selama 45 tahun sisa hidup beliau setelah mencapai Penerangan Sempurna dihabiskan dengan Mengajar Dhamma tanpa henti.
Dan selayaknya seperti Manusia pada umumnya, Beliau juga akan mengalami kematian. Namun kematian beliau adalah sebuah Akhir yang Indah karena beliau sepenuhnya telah terbebas dari Saṃsāra dan mencapai Nibbāna. jadi tidak akan ada kelahiran selanjutnya lagi seperti manusia atau makhluk hidup pada umumnya.
Mari kita simak "Chapter" terakhir dari kehidupan Sang Bhagavā ; Sammāsaṃbuddha Gotama, di Sutta berikut ini..

MAHĀPARINIBBĀNASUTTA
...."Dalam Dhamma dan disiplin apa pun dimana tidak ditemukan Jalan Mulia Berunsur Delapan, tidak akan ditemukan petapa tingkat pertama, ke dua, ke tiga atau ke empat. Tetapi petapa demikian, tingkat pertama, ke dua, ke tiga atau ke empat dapat ditemukan dalam Dhamma dan disiplin Jalan Mulia Berunsur Delapan. Saat ini, Subhadda dalam Dhamma dan disiplin di Jalan Mulia berunsur Delapan ditemukan, dan di dalamnya dapat ditemukan petapa-petapa tingkat pertama, ke dua, ke tiga dan ke empat. Dalam aliran-aliran lainnya tidak ada petapa-petapa [sejati]; tetapi jika di dalam satu ini para bhikkhu menjalani kehidupan sempurna, dunia ini tidak akan kekurangan Arahat."

...."Dan Sang Bhagavā berkata kepada Ānanda: 'Ānanda, kamu mungkin berpikir: “Nasihat-nasihat Sang Guru telah tiada, sekarang kita tidak memiliki guru!” Jangan berpikir seperti itu, Ānanda, karena apa yang telah Kuajarkan dan Kujelaskan kepada kalian sebagai Dhamma dan disiplin akan, saat aku tiada, menjadi guru kalian."

...."Kemudian Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: 'Sekarang, para bhikkhu, Aku nyatakan kepada kalian: segala sesuatu yang berkondisi pasti mengalami kerusakan—berusahalah dengan tekun.' Ini adalah kata-kata terakhir Sang Tathāgata."
(dikutip dari : Tipiṭaka, Suttapiṭaka, Dīghanikāya, Mahāvagga, DN 16)

Sādhu...Sādhu...
Sutta diatas sebagai Sutta paling otentik yang menggambarkan momen disaat-saat terakhir Sang Bhagavā ; Sammāsaṃbuddha Gotama, adalah merupakan salah satu Sutta yang cukup panjang, berisikan nasehat-nasehat terakhir dan penegasan beberapa hal.
Dalam 3 alinea di atas hanya "sebagian" saja yang dikutip oleh Penulis, karena menyangkut pada pembahasan akan topik kali ini.

Pada Alinea Pertama petikan Sutta diatas, memberikan pernyataan yang menyatakan dengan jelas bahwa bila kita menjalankan Dhamma Vinaya yang sesuai dengan Dhamma Sejati/Tipiṭaka di dalam Buddha Sāsana ini maka kita memiliki potensi untuk mencapai pada pencapaian 4 tingkat Kesucian yaitu Sotāpanna, Sakadāgāmi, Anāgāmi, Arahat. maka oleh karena itu Penegasan Oleh Sang Buddha disini bahwa hanya satu-satunya di Buddha Sāsana yang berdasarkan Dhamma Sejati ini lah baru bisa ditemukan tingkatan kesucian tersebut.

Pada Alinea Kedua petikan Sutta diatas, ini menceritakan penegasan oleh Sang Bhagavā sendiri, bahwa acuan dari umat Buddha ketika Sang Bhagavā ; Sammāsaṃbuddha Gotama, telah tiada, adalah Dhamma dan Vinaya yang saat ini dikenal sebagai Tipiṭaka sebagai Dhamma Sejati yang akan menjadi Guru kita, panutan kita, teladan kita, karena Dhamma dan Vinaya ini berisi ucapan langsung dari Sang Buddha Gotama. Maka dengan hal ini adalah layak bahwa Tipiṭaka menjadi Guru kita. Dan bukanlah kita malah mendengar dari seorang Guru yang meskipun termahsyur, terkenal lalu kemudian menelan mentah-mentah perkataan seorang Ācariya tanpa membandingkan atau mencocokan dengan Tipiṭaka agar kemudian ajaran ini tidak terdistorsi oleh paham-paham yang tidak berdasarkan pada Dhamma Sejati.

Pada Alinea Ketiga petikan Sutta diatas, adalah kalimat paling ikonik dari Sang Buddha, yang memberikan penegasan langsung oleh Sang Bhagavā untuk kita, para Bhikkhu, sāmaṇera, upāsaka, Upāsikā yang memiliki Saddhā pada Ajaran Buddha Sāsana ini agar tetap berjuang dengan penuh penyadaran tanpa kelengahan, demi mencapai Cita-cita luhur itu sendiri yaitu mencapai pembebasan (Nibbāna).
Maka pada kesempatan ini, Penulis mohon izin akan mulai OFF posting Dhamma mulai esok sampai beberapa hari kedepan karena mengikuti saran Sang Bhagavā ; Sammāsaṃbuddha Gotama, ini sendiri untuk berjuang mencapai Pembebasan. Penulis akan Retreat Meditasi Intensif.

Kita mengetahui dengan benar, bahwa segala yang muncul pasti akan lenyap, begitu juga Tubuh ini, jadi adalah hal wajar bila Sang Bhagavā mengalami kematian. Namun yang perlu digarisbawahi adalah Beliau setelah kematian ini maka tidak akan terlahir kembali di alam manapun di Saṃsāra ini. itulah yang juga Sang Buddha ajarkan selama 45 tahun pengajaran ini yaitu memiliki satu tujuan : agar kita mencapai Nibbāna.
Maka, demikianlah penjelasan topik pada hari ini, yang sebagai penutup dari penjelasan Momen Waisak mengenai 3 peristiwa penting Sang Buddha.
Semoga bermanfaat untuk para Kalyāṇamitta sekalian untuk menumbuh kembangkan Saddhā pada ajaran Sang Bhagavā ; Sammāsaṃbuddha Gotama.

Semoga Cita-Cita luhur anda tercapai
Semoga semua Makhluk Hidup berbahagia..
Nibbāna paccayaṃ hotu
Ciraṁ tiṭṭhatu saddhammo
Buddhasāsanaṁ ciraṁ Tiṭṭhatu
Sādhu...Sādhu...

13 Mei 2025
Mettācittena,
Viriyaputta, upāsaka