තෙරුවන් සරණයි!
Sukhi Hotu Kalyāṇamitta
DARIPADA IKUTAN TREND POP-CULTURE HALLOWEEN, LEBIH BAIK LAKUKAN PELIMPAHAN JASA PADA MAKHLUK HANTU (PETA) KELAPARAN
Memang masyarakat dewasa ini lebih banyak condong kepada prilaku huru-hara yang tak bermanfaat dilakukan, semacam pemanjaan indera, seperti momentum di tanggal hari ini yang setiap tahun dirayakan sebagai Hari Halloween itu, sebenarnya itu adalah hal yang sungguh tidak bermanfaat dilakukan, karena bersifat kesenangan semu semata. Kita sebagai orang yang berada di jalur Buddha Sāsana haruslah mengurangi atau tidak ikut dengan arus duniawi yang tidak bermanfaat semacam itu melainkan melakukan praktik Dhamma yang menunjang kepada pencapaian Nibbāna.
Terkait topik kali ini yang bersinggunggan dengan hal-hal terkait Makhluk Halus, akan dibahas mengenai Sutta yang diSabdakan oleh Sang Bhagavā terkait Makhluk Hantu (peta) kelaparan, mari disimak...
JĀṆUSSOṆISUTTA
..... “Seorang lainnya lagi membunuh, mengambil apa yang tidak diberikan, melakukan hubungan seksual yang salah, berbohong, mengucapkan kata-kata memecah-belah, mengucapkan kata-kata kasar, menikmati bergosip; ia penuh kerinduan, memiliki pikiran berniat buruk, dan menganut pandangan salah. Dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali di alam hantu menderita. Ia memelihara dirinya dan bertahan di sana dengan makanan hantu menderita, atau jika tidak, maka ia memelihara dirinya di sana dengan apa yang teman-temannya, sahabat-sahabatnya, sanak-saudaranya, atau anggota keluarganya di dunia ini persembahkan kepadanya. Ini adalah kesempatan yang tepat, ketika pemberian itu bermanfaat bagi seseorang yang hidup di sana.”
..... “Dalam rentang waktu yang panjang [dalam saṁsāra], brahmana, adalah TIDAK MUNGKIN DAN TIDAK TERBAYANGKAN BAHWA TEMPAT ITU HAMPA DARI SANAK SAUDARA DAN ANGGOTA KELUARGA SESEORANG YANG TELAH MENINGGAL DUNIA.
(dikutip dari : Tipiṭaka, Suttapiṭaka, Aṅguttaranikāya, Dasakanipāta, Catutthapaṇṇāsaka, Jāṇussoṇivagga, AN 10.177)
Sādhu...Sādhu...
Demikianlah Sabda Sang Bhagavā ; Sammāsaṃbuddha Gotama di Sutta diatas yang dibabarkan sebagaimana adanya. Sutta ini dimulai dengan penjelasan dari melakukan 10 macam perbuatan akusala kamma yang buruk yang kemudian berujung konsekuensi menyeret makhluk ke dalam alam-alam menderita, salah satunya alam Hantu Kelaparan (Peta).
Disini juga disampaikan oleh Sang Buddha, bahwa di alam hantu peta sendiri tidak ada kemungkinan bahwa tidak ada anggota keluarga kita dari masa lalu selama pengembaraan di Saṃsāra. maksudNya jelas, bahwa di alam peta tetap terdapat anggota keluarga kita dahulu yang akibat perbuatan mereka sehingga menanggung akibat disana. Maka pentingnya disini disampaikan pada kita semua, bahwa ajaran Buddha Sāsana ini berlandaskan pada sifat welas asih, maka janganlah kita melupakan Sanak Saudara kita yang sedang kesusahan di alam Peta. segeralah lakukan kebajikan apapun seperti Dāna, Sīla, Bhāvanā, dan lakukan pelimpahan jasa atas nama mereka yang akan memberikan pertolongan pada mereka dengan kebajikan yang kita lakukan, bukan memperingati dengan mencorat-coret muka seperti hantu, berdandan selayaknya makhluk halus, dan dibuat lucu-lucuan, huru-hara semacamnya.
Mulailah ketika kita melakukan kebajikan apapun itu, bolehlah kita melafalkan kalimat ini :
Idaṃ vo ñātīnaṃ hotu — sukhitā hontu ñātayo (x3)
Yang memiliki arti :
Semoga (kebajikan) ini diterima oleh sanak keluarga anda/kita dan semoga mereka berbahagia.
Kita atas dasar Welas Asih seperti meneladani Guru Agung kita Sang Bhagavā ; Sammāsaṃbuddha Gotama, mari kita membantu Sanak Keluarga kita semua agar secepatnya terbebas dari penderitaan di alam Peta.
Semoga Cita-Cita luhur anda tercapai
Semoga semua Makhluk Hidup berbahagia..
Nibbāna paccayaṃ hotu
Ciraṁ tiṭṭhatu saddhammo
Buddhasāsanaṁ ciraṁ Tiṭṭhatu
Sādhu...Sādhu...
31 Oktober 2025
Mettācittena,
Viriyaputta, upāsaka
