තෙරුවන් සරණයි!
Sukhi Hotu Kalyāṇamitta
HANYA KARENA BELUM MEMAHAMI DAN MENEMBUS 4 KEBENARAN MULIA, MAKA TINDAKAN MELUKAI, PEMBUNUHAN, PENJARAHAN, DLL, TETAP BERPOTENSI DILAKUKAN OLEH SESEORANG
Memang begitulah realita kehidupan di Saṃsāra ini, kita selalu menjumpai hal-hal yang tidak menyenangkan yang berpotensi terjadi kepada kita maupun siapapun makhluk hidup yang berada di alam Saṃsāra ini.
Mendengar berita akhir-akhir ini yang cukup mengejutkan, kita dapat melihat dengan jelas bagaimana dengan Kilesa yang menghasilkan ego masing-masing negara Buddhis ini, Thailand dan Kamboja telah sudah memasuki fase awal kontak senjata fisik/peperangan, yang kita tau sebenarnya bahwa Peperangan adalah sesuatu hal yang sangat menyebabkan penderitaan pihak-pihak yang berperang, ibarat sebuah pribahasa berbunyi : "Menang jadi Arang, Kalah jadi Abu", begitulah Realita nya pada akhirnya sebagai hasil dari Peperangan itu. Namun sudah tahu begitu pun, Peperangan tetap saja dilakukan, itulah sebagai akibat dari Kilesa manusia yang dibiarkan tumbuh subur.
Namun, lebih jelasnya kita dapat melihat pada Sutta Sabda Sang Bhagavā terkait hal ini...
CHEDANĀDISUTTA
"Sang Bhagavā mengambil sedikit tanah dengan ujung kuku jariNya dan berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut:
“Para bhikkhu, bagaimanakah menurut kalian, mana yang lebih banyak: sedikit tanah yang Kuambil di ujung kuku jari tanganKu ini atau tanah di seluruh bumi ini?”
“Yang Mulia, tanah di seluruh bumi ini lebih banyak. Sedikit tanah yang Bhagavā ambil di ujung kuku jari tangan Beliau adalah tidak berarti. Dibandingkan dengan bumi ini, sedikit tanah itu tidak perlu dihitung, tidak dapat dijadikan perbandingan, tidak sebanding bahkan dengan sebagian kecilnya.”
“Demikian pula, para bhikkhu, hanya sedikit makhluk-makhluk yang menghindari tindakan melukai, membunuh, mengikat, merampok, menjarah, dan kekerasan. Tetapi BANYAK SEKALI YANG TIDAK MENGHINDARI TINDAKAN DEMIKIAN. Karena alasan apakah? Karena, para bhikkhu, mereka belum melihat Empat Kebenaran Mulia. Apakah empat ini? Kebenaran mulia penderitaan, kebenaran mulia asal-mula penderitaan, kebenaran mulia lenyapnya penderitaan, kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan."
(dikutip dari : Tipiṭaka, Suttapiṭaka, Saṁyuttanikāya, Mahāvaggasaṁyutta, Saccasaṁyutta, Catutthaāmakadhaññapeyyālavagga, SN 56.96)
Sādhu...Sādhu...
Demikianlah kebenaran dari Sabda Sang Bhagavā ; Sammāsaṃbuddha Gotama yang tidak lekang waktu sampai kapanpun, karena sifat dari kebenaran dhamma itu sendiri yang melingkupi semua Makhluk hidup tanpa terkecuali.
Selama para Makhluk (Manusia) belum Memahami sepenuhnya dan menembus 4 Kebenaran Mulia ini, maka tetap ada potensi siapapun itu untuk melanggar standard-standard moralitas yang ada dengan perlakukan keji, ini adalah bukti dan fakta yang dapat kita lihat sekarang dengan mata kepala kita sendiri saat ini, yang sekaligus membuktikan kebenaran Sabda Sang Bhagavā di atas.
Bahwa 2 negara yang diakui memiliki mayoritas penduduk beragama Buddha dan dengan Dewan Saṅgha yang dekat dengan Pemerintahan pun tetap tak mampu mencegah agar Peperangan tidak terjadi!
Kalyāṇamitta, inilah kemudian perlu untuk diketahui, dan direnungkan bahwa adalah bukan suatu ketetapan (Kepastian) atau Jaminan bahwa ucapan Romo/Pandita selalu benar, ucapan seorang Bhikkhu selalu benar, dan Negara yang mengaku sebagai Buddhis Mayoritas juga selalu benar dan lurus, karena mau bagaimanpun ceritanya, selama Manusia belum menembus dengan sendiri 4 Kebenaran Mulia ini, maka tetap akan ada potensi melakukan perbuatan-perbuatan buruk yang keji.
Semoga Cita-Cita luhur anda tercapai
Semoga semua Makhluk Hidup berbahagia..
Nibbāna paccayaṃ hotu
Ciraṁ tiṭṭhatu saddhammo
Buddhasāsanaṁ ciraṁ Tiṭṭhatu
Sādhu...Sādhu...
25 Juli 2025
Mettācittena,
Viriyaputta, upāsaka