Theruwansaranai!
තෙරුවන් සරණයි!
Sukhi Hotu Kalyāṇamitta
BUDDHA SĀSANA INI HANYA AKAN BERMANFAAT BAGI YANG INGIN MENINGGALKAN SAṂSĀRA, BUKAN UNTUK YANG MASIH INGIN MENIKMATI "KENIKMATAN BERBALUT PENDERITAAN" DI SAṂSĀRA
Ajaran Luhur yang berfokus langsung to the point untuk mengakhiri Penderitaan di Saṃsāra hanya dapat ditemukan SATU-SATU nya di Buddha Sāsana.
Ketika ajaran kepercayaan lain mengajak untuk "Tour Keliling" Saṃsāra dengan masuk ke satu alam kelahiran YANG TIDAK KEKAL, maka akan tetap berputar-putar dari satu alam ke alam kelahiran yang masih diliputi oleh Penderitaan. Penulis kira kita semua sudah paham betul apa wujud Penderitaan itu ?? (Adalah Lahir, Sakit, Tua, Mati). Berulang-ulang terus siklus penderitaan ini berputar tiada akhir, bisa dibayangkan misalnya di satu kehidupan satu makhluk sudah nyaman sedemikian, lalu harus mati, RESTART lagi dengan lahir lagi dengan keadaan yang 100% berbeda! Sungguh Memuakkan! Itulah Saṃsāra ini.
Lalu, meskipun begitu, Penulis melihat ada Kalyāṇamitta yang sudah mengetahui Dhamma Sejati ini, namun kemudian masih ragu-ragu dengan praktik luhur untuk lepasnya penderitaan di Saṃsāra ini, dan tidak sepenuhnya ingin menjalankan praktik yang sesuai Dhamma (Dhammānudhamma). Malah berkutat pada hal-hal tidak bermanfaat berdasarkan Ritual, Tradisi, dll yang mengarah ke Silabbataparāmāsa, maka itu bukanlah salah Sang Buddha, Bhikkhu, Ācariya, tetapi murni kesalahan Kalyāṇamitta sendiri.
Mari disimak pernyataan Sang Bhagavā dalam Sutta berikut ini...
DVEDHĀVITAKKASUTTA
.... “Para bhikkhu, apapun yang sering dipikirkan dan direnungkan oleh seorang bhikkhu, maka itu akan menjadi kecenderungan pikirannya. Jika ia sering memikirkan dan merenungkan pikiran-pikiran keinginan indria, maka ia telah meninggalkan pikiran pelepasan keduniawian dan mengembangkan pikiran keinginan indria, dan kemudian pikirannya condong pada pikiran keinginan indria. Jika ia sering memikirkan dan merenungkan pikiran permusuhan … pikiran kekejaman, maka ia telah meninggalkan pikiran tanpa-kekejaman dan mengembangkan pikiran kekejaman, dan kemudian pikirannya condong pada kekejaman.
..... “Para bhikkhu, apapun yang sering dipikirkan dan direnungkan oleh seorang bhikkhu, maka itu akan menjadi kecenderungan pikirannya. Jika ia sering memikirkan dan merenungkan pikiran-pikiran pelepasan keduniawian, maka ia telah meninggalkan pikiran keinginan indria dan mengembangkan pikiran pelepasan keduniawian, dan kemudian pikirannya condong pada pikiran pelepasan keduniawian. Jika ia sering memikirkan dan merenungkan pikiran tanpa permusuhan … pikiran tanpa-kekejaman, maka ia telah meninggalkan pikiran kekejaman dan mengembangkan pikiran tanpa-kekejaman, dan kemudian pikirannya condong pada tanpa-kekejaman.
(dikutip dari : Tipiṭaka, Suttapiṭaka, Majjhimanikāya, Mūlapaṇṇāsa, Sīhanādavagga, MN 19)
Sādhu...Sādhu...
Demikian Sabda Sang Bhagavā ; Sammāsaṃbuddha Gotama, yang menegaskan hal ini dengan jelas dan dapat dipahami oleh kita.Kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan ini; yaitu YA atau TIDAK untuk menjalankan Praktik Dhamma yang membawa pada pembebasan penderitaan ini. Jika jawaban nya "Ragu-Ragu" maka itu sudah mengarah ke jawaban TIDAK.
Ketahuilah Kalyāṇamitta, kita di Saṃsāra ini sudah begitu panjang perjalanan nya.. adalah tidak mungkin pikiran kita bisa serta merta 100% condong pada Pelepasan Saṃsāra, tetapi pikiran-pikiran ingin menikmati kenikmatan indriawi fana selalu muncul setiap saat bukan ??? Itulah fakta nya.
Maka disini diperlukan ketegasan. Di dalam Buddha Sāsana adalah sudah sangat jelas bahwa tujuan nya adalah mengakhiri penderitaan. Kita yang sudah berada dalam koridor Buddha Sāsana ini harus memperkuat komitmen kita untuk dapat lepas dari penderitaan tak berkesudahan ini. Sungguh Keberuntungan untuk kita dapat berjumpa Saddhamma (Dhamma Sejati) ini namun alangkah Dungu nya kemudian kita menyiakan-nyiakan kesempatan ini lalu dengan 1001 alasan tak masuk akal yang kemudian tidak mau menjalankan Praktik sesuai Dhamma, maka seperti yang penulis katakan tadi, itu adalah bukan salah Sang Buddha, Bhikkhu, Ācariya yang telah mengajarkan Dhamma, tetapi salah diri sendiri yang masih DUNGU.
Intinya, Mereka yang tidak ingin melepaskan diri dari saṃsāra ini berarti berada di luar lingkup Sāsana, bukan tanggung jawab siapapun melainkan diri nya sendiri.
Semoga Cita-Cita luhur anda tercapai
Semoga semua Makhluk Hidup berbahagia..
Nibbāna paccayaṃ hotu
Ciraṁ tiṭṭhatu saddhammo
Buddhasāsanaṁ ciraṁ Tiṭṭhatu
Sādhu...Sādhu...
Demikian Sabda Sang Bhagavā ; Sammāsaṃbuddha Gotama, yang menegaskan hal ini dengan jelas dan dapat dipahami oleh kita.Kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan ini; yaitu YA atau TIDAK untuk menjalankan Praktik Dhamma yang membawa pada pembebasan penderitaan ini. Jika jawaban nya "Ragu-Ragu" maka itu sudah mengarah ke jawaban TIDAK.
Ketahuilah Kalyāṇamitta, kita di Saṃsāra ini sudah begitu panjang perjalanan nya.. adalah tidak mungkin pikiran kita bisa serta merta 100% condong pada Pelepasan Saṃsāra, tetapi pikiran-pikiran ingin menikmati kenikmatan indriawi fana selalu muncul setiap saat bukan ??? Itulah fakta nya.
Maka disini diperlukan ketegasan. Di dalam Buddha Sāsana adalah sudah sangat jelas bahwa tujuan nya adalah mengakhiri penderitaan. Kita yang sudah berada dalam koridor Buddha Sāsana ini harus memperkuat komitmen kita untuk dapat lepas dari penderitaan tak berkesudahan ini. Sungguh Keberuntungan untuk kita dapat berjumpa Saddhamma (Dhamma Sejati) ini namun alangkah Dungu nya kemudian kita menyiakan-nyiakan kesempatan ini lalu dengan 1001 alasan tak masuk akal yang kemudian tidak mau menjalankan Praktik sesuai Dhamma, maka seperti yang penulis katakan tadi, itu adalah bukan salah Sang Buddha, Bhikkhu, Ācariya yang telah mengajarkan Dhamma, tetapi salah diri sendiri yang masih DUNGU.
Intinya, Mereka yang tidak ingin melepaskan diri dari saṃsāra ini berarti berada di luar lingkup Sāsana, bukan tanggung jawab siapapun melainkan diri nya sendiri.
Semoga Cita-Cita luhur anda tercapai
Semoga semua Makhluk Hidup berbahagia..
Nibbāna paccayaṃ hotu
Ciraṁ tiṭṭhatu saddhammo
Buddhasāsanaṁ ciraṁ Tiṭṭhatu
Sādhu...Sādhu...
02 Juni 2025
Mettācittena,
Viriyaputta, upāsaka
Mettācittena,
Viriyaputta, upāsaka