Manusia Alih-Alih Terlahir Di Surga Rata-Rata Malah Nyungsep Ke Alam Rendah


Theruwansaranai!
තෙරුවන් සරණයි!
Sukhi Hotu Kalyāṇamitta

MANUSIA TERLALU BERANDAI-ANDAI DAPAT TERLAHIR DI ALAM SURGA, NAMUN ALIH-ALIH TERLAHIR KEMBALI DI SURGA RATA-RATA MALAH NYUNGSEP KE ALAM RENDAH
Sudah menjadi ketetapan umum bahwa manusia selalu mengharapkan agar hal-hal yang baik saja yang terjadi dalam kehidupannya saat ini maupun saat "After Life", dan dalam konteks kali ini, kita membahas mengenai "After Life". sekarang mari kita berpikir, apakah bila seorang manusia yang selama kehidupannya, jarang berbuat kebajikan, hanya kadang-kadang saja berbuat bajik dan itu pun ada motif nya, lalu moralitas nya buruk, sering marah-marah, berpikiran buruk terhadap hal apapun itu, Sīla dasar yaitu Pañcasīla itu bolong-bolong dan tidak murni selama kehidupannya (rata-rata bolong di Sīla ke 4), alih-alih bicara mengenai menjaga standard moralitas, bahkan segala perlakuan buruk tidak manusiawi dilakukan oleh manusia sekarang seperti Korupsi uang rakyat, menjarah, menipu, hingga melakukan pembunuhan terencana dengan motif tertentu. Maka, apakah dapat dikatakan manusia model begitu akan aman setelah kematian ???, dan jika Surga memang isinya orang-orang kejam seperti ini, maka pantaskah orang-orang yang baik di dunia ini bersanding dengan mereka di Surga ?! TENTU SAJA TIDAK. Akan ada konsekuensi atas segala hal yang telah dilakukan dan sangat tidak mungkin manusia itu akan terlahir di surga setelah kematian.
Mari kita simak Sutta berikut ini untuk mempertegas pernyataan diatas..

MANUSSACUTIDEVANIRAYĀDISUTTA
Sang Bhagavā mengambil sedikit tanah dengan ujung kuku jariNya dan berkata kepada para bhikkhu sebagai berikut:

“Para bhikkhu, bagaimanakah menurut kalian, mana yang lebih banyak: sedikit tanah yang Kuambil di ujung kuku jari tanganKu ini atau tanah di seluruh bumi ini?”

“Yang Mulia, tanah di seluruh bumi ini lebih banyak. Sedikit tanah yang Bhagavā ambil di ujung kuku jari tangan Beliau adalah tidak berarti. Dibandingkan dengan bumi ini, sedikit tanah itu tidak perlu dihitung, tidak dapat dijadikan perbandingan, tidak sebanding bahkan dengan sebagian kecilnya.”

“Demikian pula, para bhikkhu, hanya sedikit makhluk-makhluk yang, ketika meninggal dunia sebagai manusia, terlahir kembali di antara para deva. Tetapi banyak sekali makhluk-makhluk yang, ketika meninggal dunia sebagai manusia, terlahir kembali di alam neraka … di alam binatang … di alam setan … Karena alasan apakah? Karena, para bhikkhu, mereka belum melihat Empat Kebenaran Mulia. Apakah empat ini? Kebenaran mulia penderitaan, kebenaran mulia asal-mula penderitaan, kebenaran mulia lenyapnya penderitaan, kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan.

“Oleh karena itu, para bhikkhu, Suatu usaha harus dikerahkan untuk memahami: ‘Ini adalah penderitaan,’ Suatu usaha harus dikerahkan untuk memahami: 'ini adalah asal-mula penderitaan,' Suatu usaha harus dikerahkan untuk memahami: 'ini adalah lenyapnya penderitaan,' Suatu usaha harus dikerahkan untuk memahami: ‘Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan.’”
(dikutip dari : Tipiṭaka, Suttapiṭaka, Saṁyuttanikāya, Mahāvaggasaṁyutta, Saccasaṁyutta, Pañcagatipeyyālavagga, SN 56.105–107)

Sādhu...Sādhu...
Sekarang Kalyāṇamitta bisa melihat sendiri Sabda Sang Bhagavā ; Sammāsaṃbuddha Gotama diatas. Bahkan manusia yang belum menembusi dan memahami secara benar oleh dirinya sendiri terkait 4 Kebenaran Mulia saja masih bisa berpotensi jatuh ke 3 alam rendah, apalagi para manusia kejam di dunia ini?? TENTU SAJA BUKAN BERPOTENSI LAGI TAPI SUDAH PASTI "ON THE WAY" KE 3 ALAM RENDAH.
Maka, pahamilah ini, kita janganlah terlalu fokus ke pada hal Duniawi ini sehingga melupakan nilai-nilai Dhamma dan melakukan hal-hal buruk di dunia yang hanya akan bermanfaat selama hidup ini saja, akan tetapi setelah kematian dan terlahir kembali, barulah merasakan penyesalan (bahkan untuk menyesal saja sudah tak bisa), hanya merasakan akibat kamma buruk selama di dunia ini dengan kehidupan yang menderita di 3 alam rendah (Alam Neraka, Alam Binatang, Alam Hantu kelaparan). Tentu sangat tidak sebanding menukar kehidupan manusia yang singkat dan berharga selama +/- 80 tahun ini dengan kehidupan menderita di alam bawah selama ratusan ribu tahun bahkan jutaan! Maka sadarilah ini segera.

Semoga Cita-Cita luhur anda tercapai
Semoga semua Makhluk Hidup berbahagia..
Nibbāna paccayaṃ hotu
Ciraṁ tiṭṭhatu saddhammo
Buddhasāsanaṁ ciraṁ Tiṭṭhatu
Sādhu...Sādhu...

04 Agustus 2025
Mettācittena,
Viriyaputta, upāsaka